*MANUSIA DAN PENDERITAAN GUNUNG MERAPI BESERTA EFEKNYA*
Penderitaan warga korban Merapi bertambah. Bukan hanya tenda penampungan pengungsi yang ke-banjiran akibat hujan, mereka juga menjadi korban para pencuri yang berkeliaran memanfaatkan suasana sepidi desa dan mengangkuti ternak penduduk.
Pengungsi di lereng merapi wilayah Yogyakarta maupun Jawa Tengah kini resah. Soalnya, saat rumah ditinggal mengungsi, banyak ternak mereka hilang. Hal ini banyak menimpa warga yang tempat tinggalnya berjarak sekitar 10 Km dari Merapi, di antaranya Desa Turgo, Pakembi-nangun, Sleman atapun di Srumbung dan Dukun, Magelang. Akibatnya, banyak warga menolak mengungsi karena takut ternak mereka dicuri.
Sukaryanto, 50, warga Desa Dukun, mengaku kehilangan dua ekor sapi senilai Rpl6 juta. "Sapi saya ada di kandang tapi waktu saya kembali sudah hilang," kata Sukaryanto, Minggu (31/10). Diduga pelakunya warga dari luar kampung tersebut.
Menurut Wardoyo, penambang pasir, beberapa truk pengangkut pasir disewa untuk mengangkut sapi oleh orang tak dikenalnya. "Ternyata sapi-sapi banyak yang hilang," katanya. "Bisa jadi sapi curian yang diangkut dengan truk penambang lalu disembelih dan dagingnya dijual di pasar."
Meski begitu, tak semua sapi hilang akibat pencurian. Tukijo, 52, kembali menemukan dua sapi-nya yang hilang di sebuah sawah. "Mungkin sapi saya itu ikut berlari saat ada letusan dan tak bisa kembali lagi," katanya.
LETUSAN KERAS
Gunung Merapi, kemarin sore meletus lagi. Suara letusan keras diikuti awan panas atau wedhus gembel membuat banyak pengungsi yang bersiap pulang ke rumah, berlarian menyelamatkan diri. "Saya kira bu-nyi gledek," kata Wawan, warga Turi Sleman, Yogyakarta.
Tak lama, hujan deras turun. Suara sirine meraung-raung. Kepanikan pun terjadi, tak sedikit warga kebingungan mencari arah berlari. "Mau lari kemana saya juga bingung, karena ada yang menyuruh lari ke barat tapi ada yang bilang ke utara lebih aman," katanya.
Polisi dan tentara langsung menutup akses jalan menuju kawasan Kaliurang maupun Kaliadem. Warga diminta menjauh dari kawasan tersebut, sedangkan yang berada di radius 10 KM dievakuasi.
Sementara itu para pengungsi yang ditampung tenda di lapangan sepakbola Banyudono terpaksa mencari tempat lainnya karena tenda mereka kebanjiran. "Kami terpaksa cari tempat di luar tenda karena tak mungkin tinggal di tenda banjir," kata Sawali, warga Desa Sumber. "Yang pasti kami tak berani pindah terlalu jauh dari dapur umum karena bisa tak kebagian makan."
1 MILIAR KUBIK LAHAR
Kepala Badan Geologi Kementerian Energi Sumber Daya Mineral (BG ESDM), DR. R. Sukhyar mengatakan, di perut Merapi diperkirakan tersimpan sekitar 1 miliar meter kubik lahar yang sewaktu-waktu bakal keluar, terdorong letusan yang masih terjadi.
"Jika lahar tersebut keluar terdorong letusan lebih besar dari letusan pekan lalu, bisa dibayangkan apa yang bakal terjadi pada manusia di sekitar Gunjung Merapi," kata Sukhyar.
Sebagai perbandingan, lahar yang disemburkan Merapi pada hari pertama meletus
Selasa (26/10) jumlahnya hanya 8,7 juta meter kubik, sebanyak 6,5 juta meter kubik mengalir ke Kali Gendol dan sisanya mengalir ke Kali Krasak, Kali Adem, Kali Boyong dan Kali Kuning.
Pasca letusan besar Merapi, ia tak bisa memprediksi kegiatan gunung berapi tersebut. Alasannya, alat pemantau rusak. Sukhyar mengingatkan, Merapi sudah lebih dari 80 kali meletus sejak tahun 1768 dan tetap harus diwaspadai terutama oleh masyarakat yang berjarak kurang dari 10 Km dari puncak.
Seiring letusan Merapi, petugas juga memantau intensif 19 gunung berapi lainnya yang kini berstatus waspada "Beberapa gunung berapi aktivitasnya meningkat misalnya, Sinabung, Papan-dayan dan Anak Krakatau," ungkapnya," katanya.
MENHUB KE MERAPI
Sementara itu. Menteri Perhubungan Freddy Numbery memberikan bantuan dua mobil bus untuk mengangkut anak sekolah korban Gunung Merapi serta ribuan makanan dan minuman kaleng serta pakaian layak pakai.
Selain itu puluhan rambu penunjuk arah juga diserahkan, sehingga kedepannya tidak ada lagi warga yang tersesat saat menghadapi situasi kepanikan seperti yang terjadi kemarin. "Kita ingin anak-anak di sini tetap sekolah dan sehat, terhindar dari penyakit," ujar Freddy Numbery di tengah pemberian bantuan di pengungsian desa cantring. Sleman Jogyakartan,Sabtu sore.
Dirjen Perhubungan Darat Soerojo Alimuso menambahkan bantuan pakaian dan makanan antara lain selimut, mie kering, pembalut wanita, pakaian dalam, susu kaleng dan lain sebagainya.
*EFEK*
Akhirnya setelah sehari sebelumnya dinaikkan statusnya menjadi Awas Merapi, gunung berapi teraktif di dunia tersebut memuntahkan material panas dari puncak gunung yang mengakibatkan musibah bencana alam yang sangat berbahaya bagi penduduk sekitar lereng Gunung Merapi. Gunung Merapi yang terletak di Kabupaten Sleman tersebut meletus pada Selasa (26/10/2010) sekitar pukul 17.02 WIB dan mengakibatkan kerusakan yang luar biasa sampai radius 4 km ke arah selatan. Walaupun sudah diantisipasi sebelumnya, tetapi masih saja terdapat banyak korban nyawa melayang akibat meletusnya Gunung Merapi.
Sampai saat ini sudah banyak korban nyawa melayang akibat keganasan material panas atau sering disebut dengan ‘wedhus gembel’ yang berasal dari puncak Gunung Merapi. Tak kurang lebih dari 25 nyawa telah melayang akibat tersengat hawa panasnya bisa melebihi 500 derajat celcius tersebut. Bangunan-bangunan yang berada di sekitar radius 4 km di selatan Gunung Merapi juga rusak parah dan tertutup abu vulkanik yang sangat tebal.
Musibah kali ini nampaknya lebih parah bila dibandingkan tahun 2006 lalu. Tahun 2006 lalu korban meninggal akibat meletusnya gunung merapi yaitu 2 orang relawan. Relawan tersebut terjebak di dalam bunker yang akhirnya tak sanggup menahan panasnya material merapi yang menutupi bunker tersebut. Akhirnya mereka berdua tewas di dalam bunker tanpa bisa berbuat apa-apa.
Pada letusan kemarin, awan panas Merapi terjadi selama kurang lebih 20 menit. Hal ini tentu saja lebih lama dibandingkan tahun 2006 yang cuma sekitar 7 menit. Dengan makin bertambahnya lama waktu letusan tersebut, tentu saja kerusakan yang diakibatkan oleh Gunung Merapi yang meletus lebih parah. Desa Kinahrejo yang berada sekitar 4 km di selatan Merapi pun bagaikan kota mati karena hampir semua infrastruktur rumah dan bangunan tempat ibadah rusak semua.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar