Minggu, 10 November 2013

Computer Based Information System (CBIS)

Computer Based Information System (CBIS)

A.   PENGERTIAN Computer Based Information System (CBIS)
Computer Based Information System (CBIS) atau Sistem Informasi Berbasis Komputer merupakan suatu sistem pengolah data menjadi sebuah informasi yang berkualitas dan dipergunakan untuk suatu alat bantu pengambilan keputusan.
Sistem Informasi “berbasis komputer” mengandung arti bahwa komputer memainkan peranan penting dalam sebuah sistem pembangkit informasi. Dengan integrasi yang dimiliki antar subsistemnya, sistem informasi akan mampu menyediakan informasi yang berkualitas, tepat, cepat dan akurat sesuai dengan manajemen yang membutuhkannya. Secara teori, penerapan sebuah Sistem Informasi memang tidak harus menggunakan komputer dalam kegiatannya. Tetapi pada prakteknya tidak mungkin sistem informasi yang sangat kompleks itu dapat berjalan dengan baik jika tanpa adanya komputer. Sistem Informasi yang akurat dan efektif, dalam kenyataannya selalu berhubungan dengan istilah “computer-based” atau pengolahan informasi yang berbasis pada komputer. Beberapa istilah yang terkait dengan CBIS antara lain adalah data, informasi, sistem, sistem informasi dan basis komputer. Berikut penjelasan masing-masing istilah tersebut.
Data
Data merupakan deskripsi dari sesuatu dan kejadian yang kita hadapi.Jadi pada intinya, data merupakan kenyataan yang menggambarkan suatu kejadian dan merupakan kesatuan nyata yang nantinya akan digunakan sebagai bahan dasar suatu informasi.
Informasi
Informasi merupakan hasil dari pengolahan data menjadi bentuk yang lebih berguna bagi yang menerimanya yang menggambarkan suatu kejadian-kejadian nyata dan dapat digunakan sebagai alat bantu untuk pengambilan suatu keputusan.
Sistem
Sistem merupakan entitas, baik abstrak maupun nyata, dimana terdiri dari beberapa komponen yang saling terkait satu sama lain. Objek yang tidak memiliki kaitan dengan unsur-unsur dari sebuah sistem bukanlah komponen dari sistem tersebut.
Sistem Informasi
Sistem Informasi merupakan sistem pembangkit informasi. Dengan integrasi yang dimiliki antar subsistemnya,sistem informasi akan mampu menyediakan informasi yang berkualitas, tepat, cepat dan akurat sesuai dengan manajemen yang membutuhkannya.
Berbasis Komputer
Sistem Informasi “berbasis komputer” mengandung arti bahwa komputer memainkan peranan penting dalam sebuah sistem informasi. Secara teori, penerapan sebuah Sistem Informasi memang tidak harus menggunakan komputer dalam kegiatannya. Tetapi pada prakteknya tidak mungkin sistem informasi yang sangat kompleks itu dapat berjalan dengan baik jika tanpa adanya komputer. Sistem Informasi yang akurat dan efektif, dalam kenyataannya selalu berhubungan dengan istilah “computer-based” atau pengolahan informasi yang berbasis pada komputer.
Sub Sistem dari Sistem Informasi Berbasis Komputer
1. Sistem Informasi Akuntansi
2. Sistem Informasi Manajemen
3. Sistem Pendukung Keputusan
4. Automasi Kantor (Virtual Office)
5. Sistem Pakar
Berikut penjelasan sub-sistem dari Computer Based Information System (CBIS) atau Sistem Informasi Berbasis Komputer
1.      SISTEM INFORMASI AKUNTANSI (SIA)
SIA adalah sistem informasi yang melaksanakan aplikasi akuntansi perusahaan, yaitu sebagai pengolah data perusahaan, Perusahaan tidak dapat memilih untuk menggunakan SIA atau tidak, sistem ini merupakan keharusan. Semua perusahaan pada dasarnya melaksanakan prosedur-prosedur yang sama. SIA lebih berorientasi pada data dibanding pada informasi, walaupun ada beberapa informasi yang dihasilkan. SIA menyediakan database bagi sisten informasi lain.
SIA adalah satu-satunya sistem informasi yang bertanggung jawab memenuhi kebutuhan informasi di luar perusahaan, meyediakan informasi untuk seluruh lingkungan kecuali pesaing.
Tugas utama sistem informasi ini adalah:
• Pengumpulan data
• Manipulasi data
• Penyimpanan data
• Menyediakan dokumen
Peran SIA Dalam CBIS
• SIA menghasilkan beberapa output informasi dalam bentuk laporan akuntansi standar.
• SIA menyediakan database yang lengkap untuk digunakan dalam pemecahan masalah.
2.      SISTEM INFORMASI MANAJEMEN (SIM)
Adalah suatu sistem berbasis database komputer yang menyediakan informasi bagi beberapa pemakai dengan kebutuhan yang serupa. Para pemakai biasanya membentuk suatu entitas formal perusahaan atau subunit dibawahnya,
Sumber daya SIM
Informasi menjelaskan perusahaan atau salah satu sistem perusahaan tentang apa yang telah terjadi di masa lalu, apa yang sedang terjadi sekarang, dan apa yang mungkin terjadi di masa yang akan datang. Informasi tersebut tersedia didalam laporan periodik, laporan khusus, dan hasil simulasi matematika, output informasi tersebut digunakan manajer saat mereka membuat keputusan untuk pemecahan masalah.
Semua informasi tersebut memiliki karakteristik yang sama untuk bidang area fungsional (marketing, manufaktur, sdm, dan keuangan), level manajemen (operational, manajerial, dan strategis), dan user (manajer atau non manajer) SIM informasi memperoleh data dari database, dimana database tersebut berisi data dan informasi dari SIA dan dari lingkungan.
Suatu SIM bisa juga merupakan suatu sistem informasi antar organisasi (IOS) jika SIM terkoneksi dengan SIM pada perusahaan lain misalnya dengan Suplier.
SIM dan SIA
SIM menggunakan data yang disediakan SIA dalam database, dan informasi lain yang berasal dari lingkungan. Isi dari database tersebut digunakan oleh software untuk membuat laporan periodik dan laporan khusus, serta model matematika untuk mensimulasikan aspek operasi perusahan, Berbeda dengan SIA, SIM tidak berkewajiban menyediakan informasi bagi lingkungan.
SIM & EntIS
SIM akan terbentuk secara utuh jika semua sistem informasi organisasi telah terbentuk dan terkoneksi satu sama lain. Data dan informasi disimpan dalam satu database yang sama dan dapat dipergunakan pada area fungsional yang lain. SIM merupakan dasar terbentuknya sistem informasi yang lebih canggih dan kompleks yang baru berkembang dalam beberapa tahun terakhir, yaitu Sistem Informasi Perusahaan dikenal juga dengan nama Enterprise Information System (EntIS)
Software Pembuat Laporan
Software pembuat laporan adalah perangkat lunak yang digunakan untuk menghasilkan laporan periodik dan laporan khusus. Dari bentuknya laporan periodik dan laporan khusus mungkin terlihat sama. Perbedaan terdapat dari timeliness dan time horizon.Laporan periodik disiapkan sesuai jadwal tertentu, SIM periode awal terbatas pada penyediaan laporan periodik saja, tetapi hal ini menjadi sukar diterima ketika SIM telah menerapkan HRIS dan EIS.
Laporan khusus disediakan jika terjadi sesuatu yang luar biasa, sepertl laporan kecelakaan di manufaktur, atau laporan tertentu yang diperoleh dari query database. Laporan khusus biasanya mengambarkan sesuatu yang sedang terjadi atau baru saja terjadi, berbeda dengan laporan periodik yang lebih berorientasi pada masa lalu atau apa yang telah terjadi.Laporan bisa juga merupakan gabungan dari laporan periodik dan laporan khusus, misalnya untuk membandingkan pendapatan pada saat ini dengan laporan pada periode yang sama tahun sebelumnya. Laporan seperti ini disebut dengan Management by exception.
3.      SISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN (Decision Support System)
Dalam upaya memecahkan masalah seorang problem solver akan banyak membuat keputusan. Keputusan harus diambil untuk menghindari atau mengurangi dampak negatif atau untuk memanfaatkan peluang.
Keputusan terbagi menjadi:
-          Keputusan terprogram, bersifat berulang dan rutin.
-          Keputusan tak terprogram, bersifat baru dan tidak terstruktur, tidak ada metode pasti untuk menanganinya karena belum pernah terjadi sebelumnya.
Manajer melakukan empat tahap pengambilan keputusan, yaitu:
-          Kegiatan Intelejen, mengamati lingkungan untukmencari kondisi yang perlu diperbaiki.
-           Kegiatan Merancang, menemukan, mengembangkan, dan menganalisis berbagai alternatif tindakan yang mungkin.
-          Kegiatan Memilih, memilih salah satu rangkaian tindakan diantara alternatif.
-          Kegiatan Review, menilai pilihan-pilihan yang lalu.
4.      SISTEM PAKAR (ES)
Sistem pakar (Expert System) adalah sebuah sistem informasi yang memiliki intelegensia buatan (Artificial Intelegent) yang menyerupai intelegensia manusia. Sistem pakar mirip dengan DSS yaitu bertujuan menyediakan dukungan pemecahan masalah tingkat tinggi untuk pemakai. Perbedaan ES dan DSS adalah kemampuan ES untuk menjelaskan alur penalarannya dalam mencapai suatu pemecahan tertentu. Sangat sering terjadi penjelasan cara pemecahan masalah ternyata lebih berharga dari pemecahannya itu sendiri.
Karakteristik Sistem Pakar
• Memiliki kemampuan belajar atau memahami masalah dari pengalaman.
• Memberikan tanggapan yang cepat dan memuaskan terhadap situasi baru.
• Mampu menangani masalah yang kompleks (semi terstruktur).
• Memecahkan masalah dengan penalaran.
• Menggunakan pengetahuan untuk menyelasaikan masalah.
Bagian Sistem Pakar
User Interface, adalah bagian yang memungkinkan manajer mamasukan instruksi dan informasi kedalam dan menerima informasi dari sistem pakar.
Contoh Sistem Pakar
• XSEL, Sistem pakar yang bertindak sebagai asisten penjual di agen penjualan komputer DEC, yang membantu pelanggan memilih komputer yang sesuai dengan kebutuhannya.
• MYCIN, Sistem pakar yang dikembangkan di Stanford University tahun 19870-an dengan tujuan membantu petugas medis dalam mendiagnosa penyakit yang disebabkan bakteri.
• PROSPECTOR, Sistem yang diciptakan Richard Duda, Peter Hard, dan Rene Reboh tahun 1978 yang menyediakan kemampuan seorang ahli geologi.
5.      AUTOMASI KANTOR (OA)
Automasi kantor kini disebut dengan istilah kantor virtual, mencakup semua sistem elektronik formal dan informal terutama berkaitan dengan komunikasi informasi ke dan dari orang –orang didalam maupun diluar perusahaan. Pengguna OA dibagi menjadi empat kategori yaitu:
• Manajer, yang bertanggung jawab dalam mengelola sumber daya perusahaan.
• Profesional, tidak mengelola tetapi menyumbangkan keahlian khusus yang membedakan mereka dengan sekretaris dan pegawai administrasi.
• Sekretaris, ditugaskan untuk membantu pekerja terdidik (Manajer & Profesional) untuk melaksanakan berbagai tugas korespondensi, menjawab telepon, dan mengatur jadwal pertemuan.
• Pegawai Administrasi, melaksanakan tugas-tugas untuk sekretaris, seperti mengioperasikan mesin fotokopi, menyususn dokumen, menyimpan dokumen, dan mengirim surat.
Tujuan OA
• Menghindari Biaya, komputer tidak dapat menggantikan pegawai saat ini, tetapi setidaknya menunda penambahan poegawai yang diperlukan untuk menangani penambahan beban kerja,
• Pemecahan Masalah kelompok, memberikan kontribusi untuk komunikasi antar manajer.
• Pelengkap, OA tidak dapat menggantikan komunikasi interpersonal tradisional seperti tatap muka, percakapan telepon, tulisan memo, dan sejenisnya, tetapi OA bersifat melengkapi sehingga jika dikombinasikan dengan media tradisional akan memberikan sinergi.
Aplikasi OA
• Word Processing
• E-Mail
• Voice Mail
• Electronic Calendaring
• Audio Conferencing
• Video Conferencing
• Computer Conferencing
• Facsimile
• Videotex
• Imaging
• Desktop Publishing
B.   UNSUR-UNSUR SIM BERBASIS KOMPUTER
Secara garis besar SIM berbasis komputer mengandung unsur-unsur sebagai berikut:
1. Manusia
Setiap SIM yang berbasis komputer harus memperhatikan unsure manusia supaya Sistem yang diciptakan bermanfaat. Hendaknya diingat bahwa manusia merupakan penentu keberhasilan suatu SIM dan hanya manusia yang akan memanfaatkan informasi yang dihasilkan oleh SIM. Sistem Informasi Manajemen Berbasis Komputer
Jadi dapat dikatakan manusia adalah para staff komputer professional dan para pemakai (komputer used).
2. Perangkat keras (hardware)
Istilah perangkat keras menunjuk kepada perkakas mesin. Perangkat keras tersebut terdiri dari Central Processing Unit (CPU), perkakas pendukung (output devices), perkakas penyimpan (memori), dan perkakas komunikasi.
3. Perangkat lunak (software)
Istilah perangkat lunak merujuk kepada program-program komputer beserta petunjuk-petunjuk (manual) pendukungnya. Program komputer adalah instruksi-instruksi yang dibaca oleh mesin yang memerintahkan bagian-bagian dari perangkat keras SIM berbasis komputer untuk berfungsi sedemikian rupa sehingga menghasilkan informasi yang bermanfaat dari data yang tersedia.
4. Data
Data dalah fakta-fakta yang akan dibuat menjadi informasi yang bermanfaat. Data tersebut yang akan dipilah, dimodifikasi, atau diperbaharui oleh program-program supaya menjadi informasi.
5. Prosedur
Prosedur adalah peraturan-peraturan yang menentukan operasi Sistem komputer. Misalnya setiap akses operator komputer kepada pengelola induk harus dilaporkan waktu dan otoritasnya
C.   PELAKSANAAN SIM BERBASIS KOMPUTER
Secara teknis pelaksanaan SIM Berbasis Komputer meliputi empat tahapan yaitu:
1. Input. Perkakas input berfungsi menyediakan data mentah ke komputer sistem.
2. Pengolahan. Data yang telah diinput kemudian diolah tau diproses oleh CPU sesuai dengan instruksi-instruksi yang diberikan oleh perangkat lunaknya.
3. Penyimpanan. Pada saat komputer menjalankan fungsinya, ia mengalirkan dan menyimpan data dalam ruang elektronik yang disebut memori.
4. Output. Setelah informasi diperoleh, informasi tersebut diberikan kepada perangkat output.
D.   Kontribusi CBIS
Saat ini sistem informasi merupakan isu yang paling penting dalam pengendalian manajemen. Hal ini disebabkan karena tujuan dari pengendalian manajemen adalah untuk membantu manajemen dalam mengkoordinasi subunit-sub unit dari organisasi dan mengarahkan bagian-bagian tersebut untuk mencapai tujuan perusahaan. Dua hal yang menjadi perhatian dari definisi diatas adalah mengkoordinasi dan mengarahkan. Tentu saja dalam dua proses tersebut diperlukan satu sistem agar proses koordinasi dan pengarahan dapat berjalan secara efektif sehingga tujuan perusahaan dapat tercapai.
Manfaat utama dari perkembangan sistem informasi bagi sistem pengendalian manajemen adalah :
-          penghematan waktu (time saving)
-          penghematan biaya (cost saving)
-          peningkatan efektivitas (effectiveness)
-          pengembangan teknologi (technology development)
-          pengembangan personel akuntansi (accounting staff development).
Dengan berbagai manfaat dan kontribusi yang diberikan tersebut, diharapkan setiap perusahaan dapat bertahan dalam arena kompetisi yang semakin ketat.
E.     EVOLUSI SISTEM INFORMASI BERBASIS KOMPUTER
Usaha penerapan komputer dalam bidang bisnis terus berkembang sesuai dengan perkembangan teknologi informasi dan telekomunikasi. Tahapan perkembangan tersebut yaitu:
1. Fokus awal pada Data (electronic data processing – EDP)
Didukung dengan munculnya punched card dan keydriven bookkeeping machines, dan perusahaan umumnya mengabaikan kebutuhan informasi para manajernya. Aplikasi yang digunakan sistem informasi akuntasi (SIA).
2. Fokus baru pada Informasi (management information sistem – MIS)
Seiring denga diperkenalkannya generasi baru alat penghitung yang memungkinkan pemrosesannya lebih banyak. Hal tersebut dioerientasikan untuk kosep penggunaan komputer sebagai sistem informasi manajemen (SIM), yang berarti bahwa aplikasi komputer harus diterapkan dengan tujuan utama untuk menghasilkan informasi manajemen.
3. Fokus Revisi pada Pengambilan Keputusan (Decision support sistem – DSS)
Merupakan hal yang berbeda dengan konsep SIM. DSS adalah sistem penghasil informasi yang ditujukan pada suatu masalah tertentu yang harus dipecahkan serta diambil keputusannya oleh manajer.
4. Fokus sekarang pada Komunikasi (office automation – AO)
OA memudahkan komunikasi dan meningkatkan produktivitas di antara para manajer dan pekerja kantor melalui penggunaan alat-alat elektronik. OA telah berkembang meliputiberagam aplikasi seperti konferensi jarak jauh (teleconference), voice mail, e-mail (surat elektronik), electronic calendaring, facsimile transmission, dan desktop publishing. Istilah lainnya dalam menggunakan semua aplikasi AO tersebut dinamakan dengan kantor virtual (virtual office).
5. Fokus potensial pada Konsultasi (artificial intelligence/expert sistem – AI/ES)
Ide dasar AI adalah komputer dapat deprogram untuk melaksanakan sebagian penalaran logis yang sama seperti manusia. Sistem pakar adalah suatu sistem yang berfungsi sebagaiseorang spesialis dalam suatu bidang. Sistem yang menggambarkan segala macam sistem yang menerapkan kecerdasan buatan untuk pemecahan masalah dinamakan dengan sistem berbasis pengetahuan (knowledge-bases sistems) Penjelasan lebih lanjut akan dijumpai pada modul terakhir dari materi kuliah SIM.
End User Computing
Adalah salah satu metode pengembangan sistem berbasis komputer yang dilakukan oleh pemakai sendiri (user).
Perkembangan metode ini didukung oleh :
  1. Meningkatnya pengetahuan mengenai komputer;
  2. Banyaknya permintaan tidak sebanding dengan sumberdaya yang tersedia;
  3. Perangkat keras yang harganya semakin murah;
  4. Perangkat lunak siap pakai semakin banyak.
Peranan information specialist (ISp) berubah dari sebagai pengembang menjadi konsultan
Justifikasi dan Pengembangan CBIS
Pada keadaan awal perusahaan mengeluarkan biaya komputerisasi dihitung berdasarkan biaya tenaga administrasi yang digantikan. Selanjutnya pada keadaan kemudian biaya komputerisasi dihitung dengan laba yang mungkin akan dihasilkan dengan memanfaatkan sistem berbasis komputer. Sedangkan keadaan Sekarang biaya komputerisasi dihitung dengan ukuran kuantitatif maupun kualitatif.
Justifikasi komputer menjadi semakin sukar dengan bangkitnya sistem-sistem yang berorientasi informasi. SIM atau DSS dapat menghasilkan laporan yang berharga, tetapi seberapa berhagakan laporan tersebut ?
Nilai sepotong informasi sukar untuk ditaksir. Salah satu pendekatannya adalah dimana perusahaan menerapkan laporan kemudian dibandingkan dengan laba pada periode selama laporan tersebut digunakan dengan laba periode sebelumnya. Hal tersebut hamper tidak mungkin terlaksana dalam dunia bisnis yang dinamis. Umumnya ada banyak factor yang memberi kontribusi pada laba, dan memisahkan salah satu adalah hal yang nyaris mustahil.
Karena sukarnya mengukur nilai CBIS, perusahaan sangat hati-hati dalam membuat keputusan untuk menerapkan sistem tersebut. Manajer dan staf banyak menghabiskan waktu untuk mengevaluasi dampak sistem tersebut pada oganisasi. Menjustifikasi CBIS, dengan menggunakan gabungan ukuran-ukuran kuantitatif dan subyektif adalah langkah kunci dalam mencapai sumberdaya yang berharga tersebut.
Pengembangan CBIS
Dalam beberapa hal tiap subsistem CBIS identik dengan organisme hidup yakni lahir, tumbuh, matang, berfungsi dan mati. Proses evolusi tersebut dinamakan siklus hidup sistem (system life cycle – SLC).
Pengembangan CBIS mengikuti system life cycle, yang terdiri dari :
Tahap Perencanaan,
Tahap Analisis,
Tahap Rancangan,
Tahap Penerapan,
Tahap Penggunaan.

SUMBER:
Saepudin, Asep. (2007). Sistem informasi berbasis komputer. Diakses 11 Oktober, 2012, dari  http://asep-saepudin.blogspot.com/2007/10/cbis-sistem-informasi-berbasis-komputer.html
Deka, Annes. (2012). Pengertian sistem informasi berbasis komputer dengan contoh sistem pakar. Diakses 11 Oktober, 2012, dari  http://annesdecha.blogspot.com/2012/05/pengertian-sistem-informasi-berbasis.html
Vanta, Rivany. (2011). Evolusi sistem informasi berbasis komputer. Diakses 11 Oktober, 2012, dari http://rivanyvanta.blogspot.com/2011/10/evolusi-sistem-informasi-berbasis.html
Sumarta, Sagiman. (2010). Pengantar system informasi berbasis komputer. Diakses 11 Oktober, 2012, dari  http://sagimansumarta.files.wordpress.com/2010/01/apsi.pdf
Abidin, Muhammad Zaenal. (2011). Sistem informasi manajemen (SIM) berbasis komputer. Diakses 110 Oktober,2012, dari http://www.masbied.net/2011/08/28/sistem-informasi-manajemen-sim-berbasis-komputer/
Proboyekti, Umi. (?). Konsep sistem informasi. Diakses pada 11 Oktober, 2012, dari http://lecturer.ukdw.ac.id/othie/KonsepSI.pdf
YULIDC. (2012). Pengertian computer based information system (CBIS). Diakses pada 11 Oktober, 2012, dari http://www.perpuskita.com/cbis/624/
Kutukomputer. (2009). Sistem informasi berbasis komputer. Diakses pada 11 Oktober, 2012, dari http://kutukomputer.net23.net/
Ibnu .(2010).Sistem informasi berbasis komputer. Diakses pada 11 Oktober, 2012, dari http://djgbierz.blogspot.com/2010/10/pengertian-sistem-informasi-berbasis.html
Ekky. (2012). Pengertian sistem informasi berbasis komputer dengan contoh sistem pakar. Diakses 11 Oktober, 2012, dari http://ekky-psikologi08.blogspot.com/2012/04/pengertian-sistem-informasi-berbasis.html

Minggu, 20 Oktober 2013

Rezki Apriyani

15510831

4PA05

Sistem Informasi Psikologi

Sistem
Sistem berasal dari bahasa Latin (systēma) dan bahasa Yunani (sustēma) adalah suatu kesatuan yang terdiri komponen atau elemen yang dihubungkan bersama untuk memudahkan aliran informasi. Secara lebih sederhana sistem dapat diartikan sebagai suatu kumpulan dari unsur-unsur yang memiliki hubungan, saling terorganisasi, berinteraksi, dan saling bergantung satu sama lain. 
Suatu sistem mempunyai karakteristik atau sifat-sifat, yaitu :
  1.  Komponen Sistem :  Sistem  terdiri dari sejumlah komponen yang berinteraksi dan saling bekerjasama membentuk suatu kesatuan. Komponen-komponen sistem dapat berupa subsistem atau bagian-bagian dari sistem.
  2.  Batasan Sistem : Batasan sistem merupakan daerah yang membatasi antara suatu sistem dengan sistem lainnya. 
  3. Lingkungan Luar Sistem : Lingkungan luar dari suatu sistem adalah segala sesuatu di luar batas sistem yang mempengaruhi operasi sistem.
  4. Penghubung Sistem : Penghubung sistem merupakan media penghubung antara satu subsistem lainnya.
  5. Masukan Sistem : Masukan sistem adalah energi yang dimasukkan ke dalam sistem dan selanjutnya menjadi bahan yang akan diproses. Masukan data dapat berupa hal-hal terwujud (tampak secara fisik) maupun yang tidak tampak.
  6. Pengolahan Sistem : Suatu sistem dapat mempunyai bagian pengolah yang akan merubah masukan menjadi keluaran yang berguna.
  7. Keluaran Sistem : Keluaran sistem merupakan hasil dari energi yang diolah dan diklasifikasikan menjadi keluaran yang berguna dan sisa pembuangan. Keluaran dapat berupa masukan atau subsistem yang lain.
  8. Sasaran Sistem : Suatu sistem mempunyai tujuan atau sasaran. Sistem dikatakan berhasil apabila mengenai sasaran atau tujuan. 
Informasi 
Informasi merupakan data yang telah diperoleh menjadi bentuk yang lebih berarti dan berguna bagi penerimanya untuk mengambil keputusan baik untuk masa kini maupun masa yang akan datang. Kegunaan informasi sendiri adalah untuk mengurangi keraguan disaat proses pengambilan keputusan tentang suatu keadaan. Informasi yang digunakan sangat berguna untuk mengetahui suatu keadaan yang sebelumnya tidak kita ketahui, sehingga kita dapat mengambil suatu keputusan dengan tepat dengan adanya Informasi yang telah kita dapatkan.

Informasi tergantung dari 3 hal, yaitu informasi harus :
  1. Akurat : Informasi harus bebas dari kesalahan-kesalahan dan tidak bias atau menyesatkan. Akurat juga berarti informasi harus jelas mencerminkan maksud dari tujuannya. 
  2. Tepat : pada waktunya Informasi yang datang pada penerima tidak boleh terlambat.
  3. Relevan : Informasi tersebut menpunyai manfaat untuk pemakainya. Relevansi informasi untuk tiap-tiap orang satu dengan yang lainnya berbeda. 
Informasi dalam suatu lingkungan sistem informasi memiliki beberapa ciri-ciri yaitu: 
  1. Benar atau salah : Berhubungan dengan benar atau tidak informasi yang diperoleh.
  2. Baru : Informasi yang diperoleh baru saja diterima bagi penerimanya.
  3. Tambahan : Informasi dapat memberikan tambahan baru pada informasi yang telah ada. 
  4. Korektif : Informasi dapat menjadi suatu korektif atau membenarkan informasi yang sebelumnya salah.
  5. Penegas : Informasi dapat mempertegas informasi yang telah ada, ini berguna karena meningkatkan persepsi penerimanya atau kebenaran informasi yang ada. 
Perkembangan Sistem Informasi
Teknologi informasi di Indonesia mulai dikenal pada era tahun 90-an. Saat itu hampir semua pekerjaan sudah di kerjakan oleh mesin dan tidak menggunakan alat manual lagi. Suatu alat elektronik yang bernama PC (Personal Computer) juga sudah banyak digunakan, alat ini dapat memudahkan pekerjaan yang berhubungan dengan tulis menulis. Para pekerja teknologi informasi (ahli perangkat lunak) mengenal suatu sistem informasi yaitu Sistem Informasi Eksekutif, sistem ini diperuntukkan bagi kalangan atas dalam perusahaan (Direktur, manajer senior,dll). Sistem Informasi Eksekutif sangat membantu sekali bagi para petinggi perusahaan, petinggi perusahaan diberikan kemudahan dengan langsung bisa mengontrol langsung keadaan bisnis yang sedang dijalani. Sistem Informasi Eksekutif juga memberikan suatu informasi yang semakin detail. Sehingga mereka tidak perlu bingung mencari apa yang membuat bisnisnya tambah sukses dan apa bisnisnya mengalami penurunan.
Di era sekarang tahun 2000-an perkembangan teknologi juga semakin pesat. Munculnya HP dengan berbagai macam kelebihan, berbagai macam Smartphone yang sedang populer, notebook, laptop, sebuah tablet pintar, hingga Sistem Operasi Android yang kini sedang populer sekali.
Sistem Informasi
Apa itu sistem informasi? Sistem informasi merupakan suatu kombinasi dari manusia, alat teknologi, prosedur-prosedur yang terorganisasi dengan maksud menata informasi untuk membantu manajemen dalam mengambil keputusan dan juga untuk menjalankan operasional perusahaan. 
Biasanya suatu perusahan atau badan usaha menyediakan semacam informasi yang berguna bagi manajemen. misalnya: Perusahaan pakaian yang mempunyai sistem informasi yang menyediakan informasi penjualan pakaian setiap harinya, serta stock pakaian yang tersedia, sehingga dengan adanya sistem informasi tersebut, seorang manajer bisa mengetahui bagaimana cara untuk mengambil suatu keputusan untuk memproduksi pakaian yang paling laris terjual.
Tujuan Sistem Informasi 
  1. Menyediakan informasi untuk membantu pengambilan keputusan manajemen
  2.  Membantu petugas didalam melaksanakan operasi perusahaan dari hari ke hari 
  3. Menyediakan informasi yang layak untuk pemakai pihak luar perusahaan. 
 Sistem Informasi dapat dikategorikan dalam empat bagian: 
  1. Sistem Informasi Manajemen 
  2. Sistem Pendukung Keputusan 
  3. Sistem Informasi Eksekutif 
  4. Sistem Pemrosesan Transaksi 
Psikologi
Psikologi berarti ilmu pengetahuan yang mempelajari sifat, hakikat, dan hidup jiwa manusia (psyche = jiwa ; logos = ilmu pengetahuan). Psikologi merupakan ilmu yang mempelajari mengenai tingkah laku manusia, yakni tingkah laku manusia dalam berinteraksi dengan lingkungan yang ada disekitarnya baik di rumah, sekolah, kantor dan lainnya. Manusia tidak dapat lepas dari lingkungan sekitarnya dengan demikian, manusia selalu hidup dalam suatu lingkungan.
Psikologi memiliki tiga fungsi sebagai ilmu yaitu:
  1. Menjelaskan Yaitu mampu menjelaskan apa, bagaimana, dan mengapa tingkah laku itu terjadi. Hasilnya penjelasan berupa deskripsi atau bahasan yang bersifat deskriptif.
  2. Memprediksikan Yaitu mampu meramalkan atau memprediksikan apa, bagaimana, dan mengapa tingkah laku itu terjadi. Hasil prediksi berupa prognosa, prediksi atau estimasi.
  3. Pengendalian Yaitu mengendalikan tingkah laku sesuai dengan yang diharapkan. Perwujudannya berupa tindakan atau treatment
Psikologi berkaitan dengan masalah kegiatan psikis, seperti berpikir, belajar, menanggapi, mencinta, membenci dan lain-lain. Macam-macam kegiatan psikis pada umumnya dibagi menjadi 4 kategori, yaitu: 
  1. Pengenalan atau kognisi
  2. Perasaan atau emosi 
  3. Kemauan atau konasi 
  4. Gejala campuran.
Namun hendaknya jangan dilupakan, bahwa setiap aktivitas psikis/jiwa itu pada waktu yang sama juga merupakan aktifitas fisik/jasmani. Pada semua kegiatan jasmaniah kita, otak dan perasaan selalu ikut berperan juga alat indera dan otot-otot ikut mengambil bagian didalamnya. Misalnya, jika seseorang menaruh rasa semangat yang tinggi, ketika ia mengahadapi suatu masalah tertentu maka ia akan menaggapi masalah itu dengan semangat untuk menyelesaikannya. 
Sistem Informasi Psikologi 
Diatas telah dijelaskan masing-masing arti dari sistem, informasi, dan juga psikologi. Dari berbagai uraian yang telah dijelaskan diatas dapat diambil kesimpulan bahwa Sistem informasi psikologi adalah suatu bidang kajian ilmu yang mempelajari tentang hubungan antara ilmu psikologi itu sendiri dalam kaitannya dengan penggunaan sistem teknologi seperti komputer dan aplikasinya dalam bidang psikologi. Contohnya banyak dilaboratorium psikologi yang menggunakan prinsip ilmu komputer. Ketika kita ingin membuat laporan, atau membuat tulisan kita akan menggunakan teknologi komputer yang dilengkapi software dari Microsoft Office agar laporan yang kita buat lebih cepat selesai dan rapih. Sistem Informasi komputer tersebut dapat mempermudah pekerjaan kita. Selain itu, ada juga sistem konseling online yang sekarang ini banyak beredar di situs jejaring sosial. Dengan demikian, sekarang sudah banyak penggunaan sistem informasi yang saling berkaitan dengan bidang psikologi, dimana ilmu komputer tersebut juga banyak berperan dalam perkembangan ilmu psikologi saat ini. 
Referensi :
  1. Wikipedia, http://id.wikipedia.org/wiki/Sistem
  2. Al Fatta, Hanif. (2007). Analisis dan Perancangan Sistem Informasi. Yogyakarta: Andi 
  3. http://id.shvoong.com/social-sciences/communication-media-studies/2212116-pengertian-sistem-dan-karakteristik-sistem/#ixzz27mRxMl6e 
  4. Gaol, C. J. L., (2008). Sistem Informasi Manajemen. Jakarta: Grasindo 
  5.  Ladjamudin, bin Al – Bahra. (2005). Analisis dan Desain Sistem Informasi. Yogyakarta: Graha Imu 
  6. Giri Ayoga, http://giriayoga.com/2011/10/20/perkembangan-sistem-informasi-eksekutif-dan-penerapannya-di-indonesia/ 
  7. Pradana Willies Zaheras, http://willis.comze.com/pengertian_informasi.html
  8. Yan Azmi, http://yanazmi.blogspot.com/2009/04/pengertian-informasi.html 
  9. http://blog.codingwear.com/bacaan-106-Pengertian-Sistem-Informasi.html 
  10. http://www.worldfriend.web.id/blog-friend/567-definisi-sistem-informasi--teknologi-informasi-dan-ilmu-pengetahuan 
  11. Gunarsa, Singgih D. & Gunarsa, Ny. Singgih D. (2008). Psikologi Perawatan. Jakarta : Gunung Mulia 
  12. Ibanez, http://ibanezs.multiply.com/journal/item/6/ilmu_psikologi?&show_interstitial=1&u=%2Fjournal%2Fitem
  13.  http://www.psikologizone.com/pengertian-ilmu-psikologi/0651110 
  14. Irene, http://irene-blogqw.blogspot.com/2011/04/sistem-informasi-psikologi.html

Selasa, 07 Mei 2013

Terapi behavior


Terapi behavior adalah salah satu tekhnik yang digunakan dalam menyelesaikan tingkah laku yang ditimbulkan oleh dorongan dari dalam dan dorongan untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhan hidup yang dilakukan melalui proses belajar agar bisa bertindak dan bertingkah lauku lebih efektif , lalu mampu menggapai situasi dan maslah dengan cara yang lebih efektif dan efisien. Aktifitas inilah yang disebut sebagai belajar.Tujuan terapi ini adalah menghapus pola tingkah laku maladaptif atau maladjustment, membantu belajar tingkah-laku konstruktif, serta merubah tingkah-laku. Dua aliran utama yang menjadi pijakan dalam metode-metode dan tekhnik-tekhnik pendekatan terapi yang didasarkan kepada teori belajar adalah Pengkondisian Klasik dan Pengkondisian Operan. Pengkondisian Klasik atau pengkondisian responden dari Pavlov sedangkan Pengkondisian Operan dari Skinner.
Ciri-ciri dari terapi behavioral yang membedakan dengan terapi lain adalah:
1.       Berfokus pada tingkah laku yang tampak dan spesifik.
2.       Memerlukan kecermatan dalam perumusan tujuan terapis
3.       Mengembangkan prosedur perlakuan spesifik sesuai dengan masalah klien.
4.       Penafsiran objektif atas tujuan terapis
Langkah-langkah terapi behavioral
1.       Pembukaan, membangun hubungan pribadi antara terapis dank lien
2.       Penjelasan, menerima ungkapan klien apa adanya sertamendengarkan dengan penuh perhatian. Berusaha menentukan jenis masalah dan pendekatan terapi yang sebaiknya diambil.
3.       Penggalian latar belakang masalah, mengadakan analisa kasus, sesuai dengan pendekatan konseling yang dipilih
4.       Penyelesaian masalah, menyalurkan arus pemikiran klien, sesuaidengan pendekatan terapi yang dipilih
5.       Penutup, mengakhiri hubungan pribadi dengan terapis
Tekhnik-tekhnik terapi Behavior
Untuk mencapai tujuan dalam proses terapi diperlukan tekhnik-tekhnik yang digunakan. Untuk pengubahan perilaku ada sejumlah tekhnik yang dapat dilakukan dalam terapi behavior, yaitu:
a.       Desensitisasi Sistematis, merupakan tekhnik relaksasi yang digunakan untuk menghapus perilaku yang diperkuat secara negative biasanya berupa kecemasan, dan menyertakan respon yang berlawanan dengan perilaku yang akan dihilangkan dengan cara memberikan stimulus yang berangsur dan santai
b.      Terapi implosif, dikembangkan atas dasar pandangan tentang seseorang yang secara berulang-ulang dihadapkan pada situasi kecemasan dan konsekuensi-konsekuensi yang menakutkan ternyata tidak muncul, maka kecemasan akan hilang. Atas dasar itu klien diminta untuk membayangkan stimulus-stimulus yang menimbulkan kecemasan.
c.       Latihan Perilaku Asertif digunakan untuk melatih individu yang mengalami kesulitan untuk menyatakan dirinya bahwa tindakannya layak atau benar.
d.      Pengkondisian Aversi, tekhnik pengkondisian diri digunakan untuk meredakan perilaku simptomatik dengan cara menyajikan stimulus yang tidak di kehendaki tersebut terhambat kemunculannya.
e.      Pembentukkan Perilaku model, digunakan untuk membentuk perilaku baru pada klien, memperkuat perilaku yang sudah terbentuk dengan menunjukkan kepada klien tentang perilaku model, baik menggunakan model audi, model fisik atau lainnya yang dapat teramati dan dipahami jenis perilaku yang akan di contoh.
f.        Kontrak Perilaku, adalah persetujuan antara dua orang atau lebih(terapis dan klien) untuk mengubah perilaku tertentu pada klien. Dalam terapi ini terapis memberikan ganjaran positif, dipentingkan daripada memberikan hukuman jika kontrak tidak berhasil.
Sumber:
Latipun, psikologi konseling(malang:UMM Press, 2001)
Riyanti, B.P. Dwi dan Hendro Prabowo. 1998. Psikologi Umum 2.Jakarta: Universitas Gunadarma

Rational-Emotif Therapy

Rational-Emotif Therapy dikenalkan pada tahun 1955 oleh Albert Ellis. Yang lahir pada tanggal 27 September 1913. Rational-Emotif Therapy dibangun berdasarkan ketidak puasan Albert Ellis terhadap teori psikoanalisa serta berdasarkan atas pemahamannya tentang teori Behavioral. Terapi rasional-emotif menurut Ellis mendasarkan pada konsep bahwa berpikir dan berperasaan saling berkaitan, namun dalam pendekatannya lebih menitik beratkan pada pikiran daripada ekspresi emosi seseorang.
Pendekatan psikoteri rasional-emotif menganggap bahwa manusia pada hakekatnya adalah korban dari pola pikirnya sendiri yang tidak rasional dan tidak benar. Karena itu Ellis berkomentar bahwa pendekatan humanistic terlalu lunak dan mengakibatkan persoalan pada diri sendiri karena berpikir tidak rasional. Karena itu terapis dengan pendekatan ini berusaha memperbaiki melalui pola berpikirnya dan menghilangkan pola berpikir yang tidak rasional. Terapi dilihatnya sebagai usaha mendidik kembali (reeducation), jadi terapis bertindak sebagai pendidik, dengan antara lain memberikan tugas yang harus dilakukan pasien serta mengajarkan strategi tertentu untuk memperkuat proses berpikirnya. Proses ini dilakukan dengan pendekatan langsung (directive) dan atau pendekatan elektik.
Tujuan terapi ini untuk menghilangkan cara berpikir yang tidak logis, yang tidak rasional dan menggantinya dengan sesuatu yang logis dan rasional.
3 langkah dalam terapi rasional-emotif
1.       Terapis menunjukkan bahwa cara berpikir pasien tidak logis, kemudian membantunya memahami bagaimana dan mengapa pasien sampai pada cara berpikir seperti itu, menunjukkan pula hubungan antara pikiran tidak logis dengan perasaan tidak bahagia atau dengan gangguan emosi yang dialaminya. Pasien baru belajar membedakan antara keyakinan yang rasional dengan yang tidak rasional.
2.       Menunjukkan pada pasien, bahwa pasien mempertahankan perilakunya yang terganggu karena pasien meneruskan cara berpikirnya yang tidak logis. Cara berpikir ini lah yang menyebabkan masih adanya gangguan sebagaimana yang dirasakan dan bukan dari kejadian atau pengalaman yang baru.
3.       Langkah ini bertujuan mengubah cara berpikir pasien dengan membuang cara berpikir yang tidak logis. Terapis menggunakan teknik langsung dan teknik mendorong untuk membantu klien membuang pikiran yang logis, yang rasiona.  Dalam halini dibutuhkan peran aktif dari terapis.
Secara singkat terapi ini menggunakan pendekatan langsung untuk “menyerang” dan menghilangkan pikiran-pikiran yang tidak rasional dan menggantinya dengan pikiran yang rasional dan logis.
Pendekatan dengan terapi rasional-emotif ini menurut Ellis, dapat digunakan untuk menghadapi masalah-masalah klinis seperti: depresi, ansietas, gangguan karakterologis, sikap melawan, masalah seks, percintaan, perkawinan, pengasuhan, masalah perilaku anak dan remaja. Selain untuk masalah-masalah klinis tetapi terapi ini dapat juga digunakan unutk menyelesaikan masalah hukum, olahraga, organisasi, dan dunia bisnis.
Sumber :
Gunarsa, Prof. Dr. Singgih D. 1996. Konseling dan Terapi. Jakarta: PT BPK Gunung Mulia

Analisi Transaksional

Teori analisis transaksional dikemukakan oleh Eric Berne (1964) yang di tuliskannya dalam buku Games People play. Berne adalah seorang ahli ilmuan jiwa terkenal dari kelompok Humanisme. Kata transaksi selalu mengacu pada proses pertukaran dalam sebuah hubungan. Analisis transaksional sebenernya bertujuan untuk mengkaji secara mendalam proses transaksi (siapa yang terlibat di dalamnya dan pesan apa yang di pertukarkan).

Dalam diri setiap manusia memiliki 3 status ego.
Sikap dasar ego yang mengacu pada
  1.        Sikap orangtua (Parent= P. exteropsychic); 
  2.        Sikap orang dewasa ( Adult= A. neopsychic); 
  3.        Dan ego anak (Child= C. arheopsychic).
Ketiga sikap tersebut dimiliki oleh setiap manusia (baik dewasa,anak-anak,maupun orang tua)
Tehnik dan proses Terapi
Proses terapi dalam pendekatan analisis transaksional terdiri dari beberapa metode yaitu:
a.    Analisis Struktural
  •          Merupakan perangkat yang bisa menjadikan manusia sadar akan isi dan berfungsinya orang tua
  •        Klien dapat belajar mengidentifikasi status ego mereka.
b.    Analisis Transaksional
  •     Suatu deskripsi tentang apa yang di kerjakan dan dikatakan orang tentang dirinya sendiri dan orang lain.
  •        Yang terjadi antar manusia melibatkan transaksi status ego, jika pesan disampaikan diharapkan ada respon
  •     3 jenis transaksi, komplementer, lintas dan tersembunyi
Transaksi komplementer ini dapat terjadi jika antara stimulus dan respon cocok, tepat dan memang yang diharapkan sehingga transaksi ini akan berjalan lancar. Misalnya pembicaraan antar dua individu yang sama-sama menggunakan status ego orangtua,dewasa, anak-anak.
Transaksi silang, ini terjadi jika antara stimulus dan respon tidak cocok atau tidak sebagaimana yang diharapkan dan biasanya komunikasi ini akan terganggu.
Transaksi terselubung  terjadi jika antara dua status ego beroprasi berasam-sama. Biasanya dapat dirasakan meliputi dewasa diarahkan kedewasa, akan tetapi menyembunyikan suatu pesan yang sebenarnya. Misalnya dewasa ke anak, atau orangtua ke anak.
c.     Pemodelan Keluarga
  • Untuk menangani orangtua, orang dewasa dan anak-anak dan konstan 
  • Klien diminta membayangkan suatu scenario yang mencakup sebanyak mungkin orang yang signifikan pada masa lalu, termasuk dirinya
  • Klien sebagai sutradara, produser dan actor
d.    Analisis Permaian & Racket
  •       Melukiskan sebuah permaianansebagai “urut-urutan transaksi tersembunyi yang komplementer yang terus menerus berjalan maju kea rah terciptanya hasil-hasil yang tertata baik dan bisa diramalkan”
e.    Analisis Suratan
  • Bagian dari proses terapi yang akan bisa mengidentifikasi pola hidup yang diikuti klien
  • Klien memungkinkan memilih alternatif baru pada saat menjalani kehidupan
Tujuan Terapi
Membantu pihak klien dalam rangka membuat keputusan baru, yaitu tentang tingkahlakunya sekarang yang diarahkan pada kehidupannya, caranya dengan jalan membantu klien menghadapi masalahnya berkaitan dengan kebebasan memilih dan memberikan pilihan untuk menentukan cara hidupnya
Peran dan fungsi terapis
Terapis berperan sebagai guru adalah menerangkan tehnik seperti analisis struktural, analisis transaksional, analisi naskah, dan analisis permainan. Terapis membantu klien dalam rangka menemukan kondisi-kondisi yang tidak menguntungkan, mengadaptasi rencana hidup, dan mengembangkan strategi dalam berhubungan dengan orang lain. Terapis membantu klien dalam menentukan alternatif-alternatif. Tugas terapis menolong klien mendapatkan perangkat yang diperlukan untuk mendapat perubahan, menolongklien untuk menemukan kekuatan internal mereka, untuk mendapatkan perubahan dengan jalan mengambilkeputusan yang lebih cocok.
Hubungan antara terapis dan klien
Terapi ini menuntut adanya keterampilan dan kepekaan yang tinggi terapis untuk menjalin hubungan kerja dengan klien. Terapis untuk aktif dan bersikap mengarahkan serta berfungsinya sebagai konsultan dan yang bisa menyelesaikan masalah.
Sumber:
  • Corey, Gerald. 1988. Teori dan Praktek Konseling dan Psikoterapi. PT Eresco
  • De Blot SJ. 1992, Analisis Transaksional (jilid 1) Mengenal diri dengan Analisis Transaksional Berpangkal Pada Budaya Indonesia, penerbit PT. Gramedia Pustaka Utama:Jakarta

Selasa, 16 April 2013

 Logoterapi

1. Sejarah
Logoterapi dikemukakan oleh Viktor Emile Frankl. Frankl lahir pada tanggal 26 Maret 1905 di Wina dari pasangan Gabriel Frankl dan Elsa Frankl. Frankl yang merupakan anak kedua dari tiga bersaudara dibesarkan dalam keluarga yang religius dan berpendidikan. Ibunya seorang Yahudi yang taat, dan Ayahnya merupakan pejabat Departemen Sosial yang banyak menaruh perhatian pada kesejahteraan sosial. Frankl menaruh minat yang besar terhadap persoalan spiritual, khususnya berkenaan dengan makna hidup (Koeswara, 1992).

2. Pengertian
Logoterapi adalah bentuk penyembuhan melalui penemuan makna dan pengembangan makna hidup, dikenal dengan therapy through meaning. Bastaman (2007) menambahkan selain therapy through meaning, logoterapi juga bisa disebut health through meaning. Logoterapi juga dapat diamalkan pada orang-orang normal.
Dalam psikologi, logoterapi dikelompokkan dalam aliran eksistensial atau Psikologi Humanistik. Logoterapi dapat dikatakan sebagai corak psikologi yang memandang manusia, selain mempunyai dimensi ragawi dan kejiwaan, juga mempunyai dimensi spiritual, serta beranggapan bahwa makna hidup (the meaning of life) dan hasrat akan hidup bermakna (the will to meaning) merupakan motivasi utama manusia. Frankl memandang spiritual tidak selalu identik dengan agama, tetapi dimensi ini merupakan inti kemanusiaan dan merupakan sumber makna hidup yang paling tinggi (Bastaman, 2007).
Logoterapi mempunyai landasan filosofis yaitu: kebebasan berkeinginan, keinginan akan makna, dan makna hidup (Koeswara, 1992). Dalam kebebasan berkeinginan, Frankl memandang bahwa manusia mempunyai kebebasan berkeinginan dalam batas tertentu. Manusia tidaklah bebas dari kondisi-kondisi fisik, lingkungan, dan psikologis, namun manusia mempunyai kebebasan untuk mengambil sikap terhadap kondisi-kondisi seperti itu. Keinginan akan makna merupakan motivasi utama manusia. Frankl memandang bahwa kesenangan, bukanlah tujuan utama manusia. Ia memandang bahwa kesenangan hanyalah efek dari pemenuhan dorongan dalam mencapai tujuan yaitu makna hidup. Makna hidup dapat ditemukan dalam keadaan apapun, bahkan dalam penderitaan dan kepedihan.
Inti dari ajaran logoterapi adalah:
a. Dalam setiap keadaan, termasuk dalam penderitaan sekalipun, kehidupan ini selalu mempunyai makna.
b. Kehendak akan hidup bermakna merupakan motivasi utama setiap manusia.
c. Dalam batasan-batasan tertentu manusia memiliki kebebasan dan tanggung jawab pribadi untuk memilih, menentukan, dan memenuhi makna dan tujuan hidupnya.
d. Hidup yang bermakna diperoleh dengan jalan merealisasikan tiga nilai kehidupan, yaitu nilai-nilai kreatif (creative values), nilai-nilai penghayatan (experiential values), dan nilai-nilai bersikap (attitudinal values).
3. Konsep Dasar Logoterapi
a. Makna Hidup (Meaning of Life)
Makna hidup adalah hal-hal yang dianggap sangat penting dan berharga serta memberikan nilai khusus bagi seseorang. Makna hidup terkait dengan alasan dan tujuan dari kehidupan itu sendiri.
Menurut Frankl (dalam Koeswara, 1992), makna hidup bersifat objektif dan berada di luar diri manusia. Makna hidup bukanlah sesuatu yang merupakan hasil dari pemikiran idealistik dan hasrat-hasrat atau naluri dari manusia. Makna hidup bersifat objektif dan berada di luar manusia karena ia menantang manusia untuk meraihnya. Jika status objektif tidak dimiliki oleh makna, maka makna tidak akan bersifat menuntut dan tidak akan menjadi tantangan. Kekuasaan misalnya, bukanlah merupakan bagian dari manusia itu sendiri, namun sesuatu yang berada di luar diri manusia yang harus dicapai apabila sesorang menginginkannya. Begitu juga dengan makna, apabila seseorang menginginkannya maka dia harus berusaha menggapainya melalui usaha sendiri dan bukan merupakan pemberian dari orang lain.
Makna hidup juga bersifat subjektif. Artinya makna hidup bersifat pribadi dan berbeda pada setiap individu. Sesuatu yang bermakna bagi sesorang bisa jadi tidak mempunyai makna apa-apa bagi orang lain. Subjektivitas ini berasal dari fakta bahwa makna yang akan dan perlu dicapai oleh individu adalah makna yang spesifik dari hidup pribadinya dalam situasi tertentu. Setiap individu adalah unik, juga kehidupannya. Kehidupan seseorang tidak bisa dipertukarkan dengan kehidupan seseorang yang lainnya, juga perspektifnya. Dari masing-masing perspektifnyalah setiap individu melihat dunia nilai-nilai.
Bastaman (2007) menyatakan bahwa makna hidup bersifat memberi pedoman dan arah. Makna hidup memberikan sebuah arahan terhadap kegiatan dan aktifitas keseharian dalam kehidupan sesorang. Makna hidup merupakan sesuatu yang identik dengan tujuan, hal itu akan menjadi sebuah titik tuju dalam kehidupan seseorang yang akan mengarahkan hidupnya dalam rangka menuju titik tujuan tersebut. Begitu makna hidup ditemukan dan tujuan hidup ditentukan, individu akan terpanggil untuk melaksanakan dan memenuhinya, serta kegiatan-kegiatan individu pun menjadi lebih terarah kepada pemenuhan itu.
Makna hidup melampaui intelektualitas manusia. Makna hidup tidak bisa hanya dicapai dengan usaha berpikir tanpa adanya usaha implementasi dalam kehidupan sehari-hari. Untuk mengetahui sesuatu yang bermakna bagi kita perlu melalui proses intelektual. Namun, hal ini hanya merupakan sebuah pengetahuan belaka dan tidak memberi makna, ketika kita tidak menjalankan sebuah komitmen dan implementasi dari sesuatu yang kita anggap bermakna tersebut.
Hal ini pula yang menyebabkan Frankl merumuskan bahwa sumber-sumber dari makna hidup tidak hanya dicapai dengan sebatas usaha intelektual. Namun makna hidup dapat dicapai dengan menerapkan nilai-nilai dalam kehidupan. Nilai-nilai ini dianggap sebagai sumber makna hidup.
Nilai-nilai kehidupan yang dianggap sebagai sumber makna hidup antara lain: nilai-nilai kreatif, nilai-nilai penghayatan, dan nilai-nilai bersikap (Booree, 2007).
b. Nilai-nilai Kreatif
Nilai-nilai kreatif merupakan nilai-nilai yang didapat dengan cara beraktivitas secara langsung terhadap suatu pekerjaan yang bisa membawa diri kita merasa bermakna. Pekerjaan ini tidak hanya terbatas pada pekerjaan yang bersifat formal dan menghasilkan uang, namun juga pekerjaan-pekerjan yang bersifat non-profit. Dalam sebuah pekerjaan, Frankl menekankan bahwa apapun pekerjaan itu dapat memberikan makna terhadap individu yang melakukannya.
Yang penting dalam aktivitas kerja bukanlah lingkup atau luasnya, melainkan bagaimana seseorang bekerja sehingga dia bisa mengisi penuh lingkaran aktivitasnya itu. Juga, tidak menjadi soal, apa bentuk aktivitas itu dan siapa yang melaksanakannya. Rakyat kecil atau orang kebanyakan yang secara sungguh-sungguh dan menjalankan tugas kongkret yang memungkinkan diri dan keluarganya hidup, terlepas dari fakta bahwa kehidupannya itu kecil, lebih besar dan lebih unggul dibanding dengan seorang negarawan besar yang menentukan nasib jutaan orang dengan goresan penanya, tetapi putusan-putusannya ceroboh dan membawa berbagai akibat buruk.
Namun disini yang perlu ditekankan bahwa pekerjaan itu sendiri terlepas dari makna, sehingga suatu pekerjaan tertentu tidak bisa menjamin pemenuhan makna. Lagi-lagi semua itu tergantung pada seseorang yang menjalaninya dan mempersepsi dari suatu pekerjaan itu. Dalam pembahasan berkenaan dengan nilai-nilai kreatif ini banyak ditekankan pada hal pekerjaan. Namun disini arah pembahasan Frankl tersebut lebih mengarah pada bagaimana seseoarang berkarya yang dirasa bermanfaat dan bermakna melalui pekerjaan yang dilakukan.
c. Nilai-nilai Penghayatan
Nilai-nilai penghayatan merupakan suatu kegiatan menemukan makna dengan cara meyakini dan menghayati sesuatu. Sesuatu ini dapat berupa kebenaran, kebajikan, keyakinan agama, dan keimanan. Frankl percaya bahwa seseorang dapat menemukan makna dengan menemui kebenaran, baik melalui keyakinan agama atau yang bersumber dari filsafat hidup yang sekuler sekalipun. Keyakinan beragama merupakan salah satu dari berbagai keyakinan yang dapat memberikan makna hidup.
Dalam keberagamaan orang dapat menemukan makna dan arti dalam kehidupannya. Tidak sedikit orang yang mencurahkan seluruh kehidupannya kepada agama. Selain itu orang-orang sekuler juga dapat menemukan makna di luar hal-hal yang bersifat agama. Seperti orang-orang yang berwatak sosialis, misalnya, mereka merasa menemukan makna dengan memahami filsafat materialis dan mengamalkan ajarannya. Ada juga orang yang dengan meyakini kebenaran-kebenaran universal dan menjalaninya seperti menolong sesama dan menjadi pekerja-pekerja sosial.
d. Nilai-nilai Bersikap
Nilai ini merupakan sikap yang diambil terhadap sebuah penderitaan yang tidak dapat dielakkan atau tak terhindarkan (inavoid moment). Hal ini bisa dalam bentuk kematian seseorang yang dicintai, penyakit yang tak dapat disembuhkan atau kecelakaan yang tragis. Dalam kehidupan sehari-hari mungkin hal ini sama halnya dengan takdir yang dikenal dalam masyrakat kita. Sikap-sikap yang dikembangkan dalam hal ini antara lain menerima dengan ketabahan, kesabaran, dan keberanian segala bentuk penderitaan yang tidak dapat dielakkan.
Hal ini, menurut Frankl, bisa dilakukan karena manusia mempunyai kemampuan mengambil jarak terhadap dirinya sendiri (self detachment). Dengan kemampuan ini manusia mampu menjadi hakim terhadap dirinya dan akhirnya bisa menetukan sikap yang tepat terhadap apa yang menimpanya. Ketika seseorang larut dalam sebuah keadaan tragis dan terus meratapinya, Ia cendrung menjadi sebagai objek dari sebuah keadaan dan tidak bisa melihat dan menarik diri serta menjadikan dirinya sebagai subjek yang mengambil kebijakan dalam hidupnya. Karena dengan kemampuan self detachment manusia bisa menjadi subjek sekaligus menjadi objek atas semua perbuatannya.
e. Dimensi Manusia dalam Logoterapi
Logoterapi memandang manusia mempunyai dimensi spiritual, selain dimensi fisik dan dimensi kejiwaan (Fabry, 1980). Dalam aliran-aliran psikologi seperti psikoanalisa dan behavior, spiritualitas sangat diabaikan. Psikoanalisa hanya menekankan pada aspek-aspek psikologis yang merupakan wujud dari tuntutan kebutuhan jasmani. Sedangkan behavior menekankan aspek fisik atau perilaku yang tampak.
Dalam pandangan logoterapi ketiga dimensi manusia ini (fisik, psikologis, dan spiritual) tidak boleh diabaikan dalam rangka memahami manusia seutuhnya. Dimensi spiritual dalam pandangan Frankl tidak selalu identik dengan agama. Setiap orang mempunyai dimensi spiritual sekalipun pada penganut atheis.
Dimensi spiritualitas dari manusia bersifat universal sebagaimana dimensi fisik dan psikologis. Frankl juga menyebut dimensi spiritual ini dengan “nootic” untuk menghindari term spiritual yang diidentikan dengan agama tertentu. Dimensi spiritual ini merupakan dimensi khas manusia dimana tidak dimiliki oleh makhluk lain. Sebagai dimensi khas manusia, dimensi spiritual (nootic) ini terdiri dari kualitas-kualitas insani seperti hasrat akan makna, orientasi tujuan, iman, cinta kasih, kretivitas, imaginasi, tanggung jawab, self transcendence, komitmen, humor dan kebebasan dalam mengambil keputusan (Bastaman, 2007).
Kualitas-kualitas diatas memang merupakan kualitas insani yang khas manusia. Dalam kajian psikologi behavior dan psikoanalisa, aspek-aspek yang berkenaan dengan kualitas insani di atas tidak mendapatkan tempat. Dengan tetap mempertahankan metode positivistic, kualitas insani manusia terabaikan hanya dengan alasan bahwa aspek tersebut tidak termasuk dalam kajian bidang keilmuan yang bersifat empiris dan objektif.
f. Sindroma Ketidakbermaknaan
Menurut Frankl (dalam Koeswara, 1992), seseorang yang tidak menemukan makna hidup akan mengalami sindroma ketidakbermaknaan (syndrom of meaninglessness). Sindroma ini terdiri dari dua tahapan yaitu kevakuman eksistensi (existential vacum) dan neurosis noogenik.
Kevakuman eksistensial terjadi ketika hasrat akan makna hidup tidak terpenuhi. Gejala-gejala yang ditimbulkan dari kevakuman eksistensial ini antara lain perasaan hampa, bosan, kehilangan inisiatif, dan kekosongan dalam hidup. Fenomena ini merupakan fenomena yang menonjol pada masyarakat modern saat ini. Hal ini dikarenakan pola masyarakat modern yang sudah terlalu jauh meninggalkan hal-hal yang bersifat religi dan moralitas. Hal ini juga diakui para terapis yang berada di barat bahwa mereka sering menghadapi pasien dengan keluhan-keluhan yang menyangkut permasalahan yang terkait makna hidup seperti merasa tidak berguna dan perasaan hampa.
Untuk menunjukkan kemunculan fenomena tersebut, Frankl (Koeswara, 1992) menunjuk survei yang mengungkapkan bahwa 40% mahasiswa yang berasal dari Jerman, Swiss, dan Austria mengaku mengalami perasaan absurd, ragu akan maksud dan tujuan atau makna hidup mereka sendiri. Sedangkan para mahasiswa yang berasal dari Amerika Serikat mengalami hal yang sama dengan presentase 81%.
Frankl menekankan bahwa kevakuman eksistensialis bukanlah sebuah penyakit dalam pengertian klinis. Frankl menyimpulkan bahwa frustasi eksistensi adalah sebuah penderitaan batin ketika pemenuhan akan hasrat untuk mempunyai hidup yang bermakna terhambat. Frankl menyatakan bahwa kevakuman eksistensial tersebut bermanifestasi dalam bentuk neurosis kolektif, neurosis hari Minggu, neurosis pengangguran dan pensiunan, dan penyakit eksekutif. Beberapa bentuk manifestasi ini gejalanya sama yaitu kebosanan dan kehampaan, namun terdapat pada kondisi, individu dan waktu tertentu.
Neurosis noogenik merupakan sebuah simptomatologi yang berakar kevakuman eksistensialis. Frankl menerangkan bahwa neurosis ini terjadi apabila kevakuman eksistensialis disertai dengan simptom-simptom klinis. Disini permasalahan patologis tersebut berakar pada dimensi spiritual dan noologis yang berbeda dengan neurosis somatogenik (neurosis yang berakar pada fisiologis) maupun neurosis psikogenik (neurosis yang berakar pada permasalahan psikologis. Menurut Frankl neurosis noogenik itu sendiri dapat timbul dengan berbagai neurosis klinis seperti depresi, hiperseksualitas, alkoholisme, narkoba, dan kejahatan.
Orang yang mengalami kehampaan dan kekosongan hidup mungkin lari kepada alkohol dan narkoba dalam rangka mengisi kekosongan hidup tersebut. Kasus alkoholik dan narkoba yang berakar pada permasalahan kevakuman eksistensialis inilah disebut dengan neurosis noogenik (Koeswara, 1990).

B. Terapi Logoterapi
1. Intensi Paradoksikal
Teknik intensi paradoksikal merupakan teknik yang dikembangkan Frankl berdasarkan kasus kecemasan antispatori, yaitu kecemasan yang ditimbulkan oleh antisipasi individu atas suatu situasi atau gejala yang ditakutinya (Koeswara, 1992).
Intensi paradoksikal adalah keinginan terhadap sesuatu yang ditakuti. Landasan dari intensi paradoksikal adalah kemampuan manusia untuk mengambil jarak atau bebas bersikap terhadap dirinya sendiri (Boeree, 2007). Frankl (dalam Koeswara, 1992) mencatat bahwa pola reaksi atau respon yang biasa digunakan oleh individu untuk mengatasi kecemasan antisipatori adalah menghindari atau lari dari situasi yang menjadi sumber kecemasan.
Contohnya, individu yang menghindari eritrofobia selalu cemas kalau-kalau dirinya gemetaran dan mandi keringat ketika berada di dalam ruangan yang penuh dengan orang. Kemudian, karena telah ada antisipasi sebelumnya, individu benar-benar gemetaran dan mandi keringat ketika dia memasuki ruangan yang penuh dengan orang. Individu pengidap eritrofobia ini berada dalam lingkaran setan. Gejala gemetaran dan mandi keringat menghasilkan kecemasan, kemudian kecemasan antisipatori ini menimbulkan gejala-gejala gemetaran dan mandi keringat. Jadi gejala antisipatori mengurung individu di dalam kecemasan terhadap kecemasan (Koeswara, 1992).
2. Derefleksi
Derefleksi merupakan teknik yang mencoba untuk mengalihkan perhatian berlebihan ini pada suatu hal di luar individu yang lebih positif. Derefleksi memanfaatkan kemampuan transendensi diri yang ada pada manusia. Dengan teknik ini individu diusahakan untuk membebaskan diri dan tak memperhatikan lagi kondisi yang tidak nyaman untuk kemudian lebih mencurahkan perhatian kepada hal-hal lain yang positif dan bermanfaat. Dengan berusaha mengabaikan keluahannya, kemudian mengalihkannya pada hal-hal yang bermanfaat, gejala, kemudian mengalihkannya pada hal-hal yang bermanfaat, gejala hyper intention akan menghilang (Bastaman, 2007).
Pasien dengan teknik ini diderefleksikan dari gangguan yang dialaminya kepada tugas tertentu dalam hidupnya atau dengan perkataan lain dikonfrontasikan dengan makna. Apabila fokus dorongan beralih dari konflik kepada tujuan-tujuan yang terpusat pada diri sendiri, maka hidup seseorang secara keseluruhan menjadi lebih sehat, meskipun boleh jadi neurosisnya tidak hilang sama sekali.
3. Bimbingan Rohani
Bimbingan rohani adalah metode yang khusus digunakan terhadap pada penanganan kasus dimana individu berada pada penderitaan yang tidak dapat terhindarkan atau dalam suatu keadaan yang tidak dapat dirubahnya dan tidak mampu lagi berbuat selain menghadapinya (Koeswara, 1992).
Pada metode ini, individu didorong untuk merealisasikan nilai bersikap dengan menunjukkan sikap positif terhadap penderitaanya dalam rangka menemukan makna di balik penderitaan tersebut.

Selasa, 02 April 2013


Person Centered Therapy

Terapi humanistik berkembang di Amerika Serikat pada tahun 1950. Carl Rogers mengusulkan bahwa terapi bisa lebih sederhana, lebih hangat dan lebih optimis daripada yang dilakukan oleh psikolog perilaku atau psikodinamik.

Pandangannya berbeda tajam dari pendekatan psikodinamik dan perilaku dalam bahwa ia menyarankan bahwa klien akan lebih baik membantu jika mereka didorong untuk fokus pada pemahaman subyektif mereka ketimbang pada beberapa motif sadar atau seseorang interpretasi lain situasi.

Rogers sangat percaya bahwa agar kondisi klien untuk meningkatkan terapis harus hangat, tulus dan pemahaman. Titik awal dari pendekatan Rogerian untuk konseling dan psikoterapi yang terbaik dinyatakan oleh Rogers (1986) sendiri.

"Ini adalah bahwa individu memiliki dalam dirinya sendiri sumber daya yang luas untuk pemahaman diri, untuk mengubah nya konsep diri, sikap dan perilaku mengarahkan diri sendiri - dan bahwa sumber daya tersebut dapat dimanfaatkan jika hanya iklim didefinisikan sikap psikologis fasilitatif dapat diberikan. "

Rogers menolak sifat deterministik psikoanalisis dan behaviorisme baik dan dipelihara bahwa kita berperilaku seperti yang kita lakukan karena dari cara kita memandang situasi kita. "Karena tidak ada orang lain bisa tahu bagaimana kita memandang, kita adalah ahli terbaik pada diri kita sendiri." (Gross, 1992)

Percaya kuat bahwa teori harus keluar dari praktek daripada sebaliknya, Rogers mengembangkan teorinya didasarkan pada karyanya dengan orang-orang emosional bermasalah dan mengklaim bahwa kita memiliki kapasitas luar biasa untuk penyembuhan diri dan pertumbuhan pribadi mengarah pada aktualisasi diri. Dia menempatkan penekanan pada persepsi saat orang tersebut dan bagaimana kita hidup di sini-dan-sekarang.

Rogers memperhatikan bahwa orang cenderung untuk menggambarkan pengalaman mereka saat ini dengan merujuk kepada diri mereka sendiri dalam beberapa cara, misalnya, "Saya tidak mengerti apa yang terjadi" atau "Saya merasa berbeda dengan bagaimana saya digunakan untuk merasa".

Pusat untuk 'Rogers (1959) teori adalah gagasan tentang diri atau konsep diri. Ini didefinisikan sebagai "set, terorganisir konsisten persepsi dan keyakinan tentang diri sendiri". Ini terdiri dari semua ide dan nilai-nilai yang menjadi ciri 'I' dan 'saya' dan termasuk persepsi dan menilai dari 'apa yang saya' dan 'apa yang bisa saya lakukan'.

Akibatnya, konsep diri merupakan komponen utama dari total pengalaman kami dan mempengaruhi baik persepsi kita tentang dunia dan persepsi diri sendiri. Misalnya, seorang wanita yang memandang dirinya sebagai yang kuat juga dapat berperilaku dengan keyakinan dan datang untuk melihat tindakannya sebagai tindakan yang dilakukan oleh seseorang yang percaya diri.

Konsep diri tidak harus selalu sesuai dengan kenyataan, meskipun, dan cara kita memandang diri sendiri mungkin sangat berbeda dari bagaimana orang lain melihat kita. Sebagai contoh, seseorang mungkin sangat menarik untuk orang lain dan menganggap dirinya belum menjadi membosankan. Dia hakim dan mengevaluasi gambar ini ia memiliki dirinya sebagai membosankan dan ini menilai akan tercermin dalam diri-nya. Wanita percaya diri mungkin memiliki harga diri yang tinggi dan orang yang melihat dirinya sebagai membosankan mungkin memiliki harga diri yang rendah, menganggap bahwa kekuatan / kepercayaan diri sangat dihargai dan bahwa menjadi membosankan tidak.

Orang Centered Therapy

Catatan: Orang terapi berpusat disebut juga client terapi berpusat.

Salah satu perbedaan utama antara konselor dan terapis humanistik lainnya adalah bahwa mereka merujuk kepada mereka dalam terapi sebagai 'klien', bukan 'pasien'. Hal ini karena mereka melihat terapis dan klien sebagai mitra sejajar dan bukan sebagai ahli mengobati pasien.

Tidak seperti terapi lain klien bertanggung jawab untuk meningkatkan hidupnya, bukan terapis. Ini adalah perubahan yang disengaja dari kedua psikoanalisis dan terapi perilaku dimana pasien didiagnosis dan diobati oleh dokter. Sebaliknya, klien sadar dan rasional memutuskan untuk diri mereka sendiri apa yang salah dan apa yang harus dilakukan tentang hal itu. Terapis adalah lebih dari seorang teman atau konselor yang mendengarkan dan mendorong pada tingkat yang sama.

Salah satu alasan mengapa Rogers (1951) dikeluarkan interpretasi adalah bahwa ia percaya bahwa, meskipun gejala tidak timbul dari pengalaman masa lalu, itu lebih berguna bagi klien untuk fokus pada masa sekarang dan masa depan dari pada masa lalu. Daripada hanya klien membebaskan dari sana masa lalu, sebagai terapis psikodinamik bertujuan untuk melakukan, Rogerians berharap dapat membantu klien mereka untuk mencapai pertumbuhan pribadi dan akhirnya untuk diri mengaktualisasikan.

Ada tidak adanya hampir total teknik dalam psikoterapi Rogerian karena karakter unik dari masing-masing hubungan konseling. Yang paling penting, bagaimanapun, adalah kualitas hubungan antara klien dan terapis. "Hubungan terapeutik ... adalah variabel penting, bukan apa terapis katakan atau lakukan."

Jika ada teknik mereka mendengarkan, menerima, memahami dan berbagi, yang tampak lebih sikap-berorientasi daripada keterampilan-berorientasi. Dalam (1991) pandangan Corey "keasyikan dengan menggunakan teknik terlihat [dari sudut pandang Rogerian] sebagai depersonalizing hubungan." Pendekatan yang berpusat pada klien Rogerian menempatkan penekanan pada orang yang datang untuk membentuk pemahaman yang tepat tentang dunia mereka dan diri mereka sendiri.

Seseorang memasuki terapi orang berpusat dalam keadaan ketidaksesuaian. Ini adalah peran terapis untuk membalikkan situasi ini. Rogers (1959) disebut pendekatan terapi nya terapi berpusat pada klien atau orang-berpusat karena fokus pada pandangan subyektif seseorang dunia.

Rogers dianggap setiap orang sebagai "individu yang berpotensi kompeten" yang bisa mendapatkan keuntungan yang besar dari wujudnya terapi. Tujuan terapi humanistik Roger adalah untuk meningkatkan perasaan seseorang harga diri, mengurangi tingkat ketidaksesuaian antara diri ideal dan aktual, dan membantu seseorang menjadi lebih dari orang yang berfungsi sepenuhnya.

Klien-tengah terapi beroperasi sesuai dengan tiga prinsip dasar yang mencerminkan sikap terapis untuk klien:

    
1. Terapis adalah sama dan sebangun dengan klien.

    
2. Terapis menyediakan klien dengan hal positif tanpa syarat.

    
3. Terapis menunjukkan pemahaman empati kepada klien.

Kongruensi dalam Konseling

Kongruensi juga disebut keaslian. Kongruensi adalah atribut paling penting dalam konseling, menurut Rogers. Ini berarti bahwa, tidak seperti terapis psikodinamik yang umumnya memelihara 'layar kosong' dan mengungkapkan sedikit kepribadian mereka sendiri dalam terapi, yang Rogerian sangat ingin untuk memungkinkan klien untuk mengalami mereka sebagaimana adanya. Terapis tidak memiliki façade (seperti psikoanalisis), yaitu, pengalaman terapis internal dan eksternal adalah satu dalam sama. Singkatnya, terapis itu asli.

Unconditional Positif Regard

Kondisi inti berikutnya Rogerian adalah hal positif tanpa syarat. Rogers percaya bahwa bagi orang untuk tumbuh dan memenuhi potensi mereka adalah penting bahwa mereka dihargai sebagai diri mereka sendiri. Hal ini mengacu pada kepedulian terapis mendalam dan tulus untuk klien. Terapis mungkin tidak menyetujui beberapa tindakan klien, tetapi terapis tidak menyetujui klien. Singkatnya, terapis perlu memiliki sikap "Saya akan menerima Anda seperti Anda." Konselor orang-berpusat demikian berhati-hati untuk selalu menjaga sikap positif kepada klien, bahkan ketika muak dengan tindakan klien.

Empati adalah kemampuan untuk memahami apa yang klien rasakan. Hal ini mengacu pada kemampuan terapis untuk memahami sensitif dan akurat [tapi tidak simpatik] pengalaman klien dan perasaan di sini-dan-sekarang. Bagian penting dari tugas konselor orang-berpusat adalah mengikuti persis apa yang klien rasakan dan mengkomunikasikan kepada mereka bahwa terapis mengerti apa yang mereka rasakan.

Dalam kata-kata Rogers (1975), pemahaman empatik yang akurat adalah sebagai berikut:

"Jika saya benar-benar terbuka untuk jalan kehidupan yang dialami oleh orang lain ... jika saya dapat mengambil nya atau dunia ke dalam tambang, maka saya melihat risiko hidup nya atau cara nya ... dan sedang berubah sendiri, dan kami semua menolak perubahan. Karena kita semua menolak perubahan, kita cenderung untuk melihat dunia orang lain hanya dalam hal kita, bukan dalam nya atau miliknya Kemudian kita menganalisis dan mengevaluasi.. Kami tidak mengerti dunia mereka. Tapi, ketika terapis tidak mengerti bagaimana benar-benar merasa berada di dunia orang lain, tanpa ingin atau mencoba untuk menganalisis atau menilai, maka terapis dan klien benar-benar bisa mekar dan tumbuh di iklim itu. "

Kesimpulan

Karena tempat konselor orang-berpusat begitu banyak penekanan pada keaslian dan dipimpin oleh klien, mereka tidak menempatkan penekanan yang sama pada batas-batas waktu dan teknik seperti yang akan terapis psikodinamik. Jika mereka menilai itu tepat, konselor orang-berpusat bisa menyimpang jauh dari teknik konseling ortodoks.

Seperti Mearns dan Thorne (1988) menunjukkan, kita tidak dapat memahami orang-berpusat konseling dengan teknik fiturnya saja. Konselor orang-berpusat memiliki pandangan yang sangat positif dan optimis sifat manusia. Filosofi bahwa orang pada dasarnya baik, dan bahwa pada akhirnya individu tahu apa yang benar bagi mereka, adalah unsur penting dari orang yang sukses berpusat terapi sebagai "semua tentang cinta".



Sumber :