Rabu, 21 Maret 2012

broken home mempengaruhi kesehatan mental

  Broken Home mempengaruhi kesehatan mental

Sehat atau tidaknya seseorang secara mental belakangan ini lebih ditentukan oleh kemampuan penyesuaian diri terhadap lingkungan. Orang yang memiliki kemampuan menyesuaikan diri dengan lingkungannya dapat digolongkan sehat mental. Sebaliknya orang yang tidak dapat menyesuaikan diri digolongkan sebagai tidak sehat mental.
            Dengan menggunakan orientasi penyesuaian diri, pengertian sehat mental tidak dapat dilepaskan dari konteks lingkungan tempat individu hidup. Oleh karena kaitannya dengan standar norma lingkungan terutama norma sosial dan budaya, kita tidak dapat menentukan sehat atau tidaknya mental seseorang dari kondisi kejiwaannya semata. Ukuran sehat mental didasarkan juga pada hubungan antara individu dengan lingkungannya. Seseorang yang dalam masyarakat tertentu digolongkan tidak sehat atau sakit mental bisa jadi dianggap sangat sehat mental dalam masyarakat lain. Artinya batasan sehat atau sakit mental bukan sesuatu yang absolut.
Berdasarkan orientasi penyesuaian diri, kesehatan mental memiliki pengertian kemampuan seseorang untuk dapat menyesuaikan diri sesuai tuntutan kenyataan di sekitarnya. Tuntutan kenyataan yang dimaksud di sini lebih banyak merujuk pada tuntutan yang berasal dari masyarakat yang secara konkret mewujud dalam tuntutan orang-orang yang ada di sekitarnya. M. Jahoda, seorang pelopor gerakan kesehatan mental, memberi definisi kesehatan mental yang rinci. Dalam definisinya, “kesehatan mental adalah kondisi seseorang yang berkaitan dengan penyesuaian diri yang aktif dalam menghadapi dan mengatasi masalah dengan mempertahankan stabilitas diri, juga ketika berhadapan dengan kondisi baru, serta memiliki penilaian nyata baik tentang kehidupan maupun keadaan diri sendiri.”
  Penentu penyesuaian dalam kaitannya dengan dinamika perilaku
Motivasi manusia bagian dari determinan psikologis, karena kebutuhan manusia dan motivasi memiliki banyak kaitannya dengan program penyesuaian. Hal yang lebih penting adalah kebutuhan dan faktor-faktor motivasi-dinamis yang mendasari perilaku memiliki hubungan istimewa untuk penyesuaian dan kesehatan mental. Hubungan ini lebih akrab dan lebih mendasar dari sebagian besar dari yang sudah dijelaskan, karena tujuan penting dan isi dari perilaku remedial ditentukan oleh kebutuhan dan motivasi. Tujuan utama adalah tanggapan korektif, sebuah sudut pandang, untuk membangun hubungan yang memadai antara tubuh dan kenyataan, dan titik lain yang lebih fundamental, tujuannya adalah ekspresi dan pemuasan faktor dinamis dalam personal yang mengurangi ketegangan, frustrasi dan konflik yang menimbulkan faktor-faktor ini. Dalam mencapai tujuan ini, isi dan respon perilaku biasanya ditentukan oleh sifat motivasi dan kualitas situasi.

·           Perilaku penyesuaian dan kebutuhan dasar
Apakah semua perilaku penyesuaian berorientasi pada pengurangan kebutuhan dasar dan motivasi? Pertama, kategori besar dari reaksi, psikologis dan neuromuskuler dalam kepribadian,diistilahkan "adaptive" lebih tepat daripada istilah "adjustive". Dalam kategori ini termasuk fungsi peredaran darah, pencernaan, pernapasan dan pembuangan Hal ini memiliki hubungan motivasi intrinsik. Kedua, ada respon yang muncul dan difokuskan pada penurunan atau pemenuhan kebutuhan dasar, termasuk dorongan psikologis seperti lapar dan seks dan sifat-sifat psikologis atau sosial dalam diri, seperti keamanan dan pengakuan. Tanggapan ini muncul untuk beradaptasi lebih baik dengan konsep penyesuaian seperti yang digunakan dan diinterpretasikan dalam pemikiran psikologis. Kebutuhan merupakan persyaratan internal dan penyesuaian diinterpretasikan secara konsisten untuk merespon tuntutan bahwa organisme harus menghadapi kehidupan sehari-hari.
Namun ada persyaratan lain dari sumber eksternal, organisme diharapkan dapat memecahkan oleh organisasi perilaku yang baik, korektif. Seperti, kehidupan keluarga, perkawinan, pekerjaan, kehidupan sosial, kehidupan militer dan pendidikan yang harus dipenuhi secara memadai dan efektif, wajar untuk mengatakan bahwa organisme melakukan penyesuaian. Dalam kasus ini, perilaku merupakan kebiasaan alami yang muncul secara sukarela, bukan inisiatif. Jadi semua respon dikendalikan untuk memenuhi kebutuhan internal atau eksternal.

TEORI MOTIVASI
Interpretasi dari karakter dan tujuan respon manusia dan hubungannya dengan penyesuaian tergantung kedudukannya dengan sifat motivasi. Misalnya, semua motivasi terutama seksual atau unconscious, tetap menjadi point utama, maka semua perilaku, normal atau abnormal, harus dianggap sebagai upaya kolektif untuk mengurangi ketegangan, konflik dan frustrasi yang ditimbulkan oleh motivasi.
Tujuan utama perilaku yaitu untuk menyeimbangkan kekuatan antara organisme dengan lingkungan atau realitas, dengan kata lain, semua perilaku adalah penyesuaian. Tapi, kita perlu sedikit mempertimbangkan kerumitan dari teori motivasi manusia.
Teori Stimulus-Respon
Menurut hipotesis ini, semua perilaku ditentukan oleh rangsangan; kebutuhan, impuls, keinginan, motif, dan sebagainya, yang bahkan tidak ada. Semua perilaku dianggap refleksif atau hasil dari pengkondisian, sehingga perilaku refleks dan kebiasaan merupakan kategori respon manusia sepenuhnya.
 
Teori Fisiologis
Hipotesis fisiologis motivasi manusia, berhubungan erat dengan sudut pandang stimulus-respon, tidak banyak perbaikan. Penurunan dari semua motivasi fisiologis, ketegangan, atau ketidakseimbangan disebabkan kesalahan mengenai penyederhanaan sebagai gagasan bahwa semua tanggapan ditentukan oleh rangsangan. Kebutuhan fisiologis, keinginan, motif, dan tujuan, yang semuanya sangat signifikan terhadap penyesuaian, harus diintegrasikan ke dalam setiap teori motivasi, dan hipotesis fisiologis ini tidak dapat dilakukan, karena alasan sederhana, bahwa ia tidak memberikan peluang bagi mereka. Jadi, menurut Symonds, "semua perilaku muncul dari penurunan kebutuhan organik, apakah gizi berkurang dalam tubuh, kebutuhan mengekskresikan produk limbah, rangsangan kimiawi atau alat kelenjar dalam darah dan jaringan, atau melindungi organisme dari cedera. Untuk memahami keunikan dan seluk-beluk penyesuaian diri dan kesehatan mental, kita harus memahami selain kebutuhan fisiologis organisme. Signifikansi yang jauh lebih besar adalah kebutuhan psikologis dan sosial, keinginan dan emosi, kompleks dan mekanisme, motif dan sikap yang mendasari tanggapan manusia. Faktor-faktor ini bukan dari fisiologis merupakan dinamika perilaku penyesuaian yang nyata.
 
Kesimpulan

      Berdasarkan orientasi penyesuaian diri, kesehatan mental memiliki pengertian kemampuan seseorang untuk dapat menyesuaikan diri sesuai tuntutan kenyataan di sekitarnya. Tuntutan kenyataan yang dimaksud di sini lebih banyak merujuk pada tuntutan yang berasal dari masyarakat yang secara konkret mewujud dalam tuntutan orang-orang yang ada di sekitarnya.
Ada beberapa teori motivasi yang mendukung penyesuaian seperti teori teori stimulus respon, fisologis, naluri, motivasi sadar, dan hedonistic,
Selain itu, kebutuhan psikologis manusia terdiri dari kebutuhan untuk disayangi dan dimiliki, keamanan dan status, perhatian, kebebasan, prestasi dan pengalaman. Kebutuhan sosial dan penyesuaian emosional pun saling singkron.
Kebutuhan Sosial dan Penyesuaian membutuhkan partisipasi, pengakuan, persetujuan sosial, dan kesesuaian. Disamping kebutuhan,  nilai juga sebagai penentu persepsi. Dan kebutuhan rohani sangat berhubungan erat dengan dengan kebutuhan psikologis
 
 

Kesehatan mental

 Definisi kesehatan mental

Pengertian mengenai kesehatan beragam ungkapnya. Berikut ini adalah beberapa pengertian tersebut:
1. Kesehatan mental adalah terhindarnya orang dari gejala-gejala gangguan jiwa ( neurose )
2. Kesehatan mental adalah kemampuan untuk menyesuaikan diri dengan diri sendiri dengan orang lain dan masyarakat serta lingkungan dimana dia hidup dan berinteraksi.
3. Kesehatan mental adalah pengetahuan dan perbuatan yang bertujuan untuk mengembangkan dan memanfaatkan segala potensi, bakat dan pembawaan yang ada semaksimal mungkin, sehingga membawa kepada kebahagiaan diri dan orang lain serta dari gangguan-gangguan dan penyakit jiwa.
4. Kesehatan mental adalah terwujudnya keharmonisan yang sungguh-sungguh antara fungsi-fungsi jiwa, serta mempunyai kesanggupan untuk menghadapi problem-problem biasa yang terjadi dan merasakan secara positif kebahagiaan dan kemampuan diri.
Ini adalah pengertian menurut : Dr. Zakiah Daradjat, Kesehatan Mental, 1994, CV HAJI SAMAAGUNG ; Jakarta.
Jadi dalam hal ini Kesehatan mental dapat dirangkum. Kesehatan mental adalah keserasian atau kesesuaian antara seluruh aspek psikologis dan dimiliki oleh seorang untuk dikembangkan secara optimal agar individu mampu melakukan kehidupan-kehidupan sesuai dengan tuntutan-tuntutan atau nilai-nilai yang berlaku secara individual, kelompok maupun masyarakat luas sehingga yang sehat baik secara mental maupun secara sosial.
Pengertian mengenai kesehatan beragam ungkapnya Pengertian sehat atau kesehatan menurut dokter mungkin sedikit banyak akan berbeda dengan perawat, fisioterapi, apoteker atau tenaga peramedis lainnya. Meskipun mereka bersama-sama mengabdi pada bidang kesehatan. Adapun pengertian tentang kesehatan :
• Dalam indeks buku The International Dictionary Of Medicine and Biology (Freund.1991) mendefinisikan kesehatan sebagai suatu kondisi yang dalam keadaan baik dari suatu organisme atau bagiannya yang dirincikan oleh fungsi yang normal dan tidak adanya penyakit.
• WHO mendefinisikan kesehatan sebagai keadaan (status) sehat utuh secara fisik, mental ( rohani ) dan social, bukan hanya suatu keadaan yang bebas dari penyakit, cacat dan kelemahan.(Smeet. 1994).
• Pembahasan mengenai konsep kesehatan lebih difokuskan pada model-model kesehatan yang muncul. Model-model kesehatan itu antara lain model barat dan model timur.
Menurut Eisenberg (Helman, 1990) yang dimaksud dengan model adalah cara merekontruksi realita, memberikan makna kepada fenomena-fenomena alam yang pada dasarnya bersifat chaos. Model kesehatan barat dapat dibedakan menjadi beberapa macam yaitu model biomedis atau sering disebut sebagai model medis ( Joesoet, 1990; Freund, 1991; Helman, 1990; Tamm, 1993), model spikiatris (Helman, 1990) dan model psikosomatis (Tamm, 1993) sedangkan model kesehatan timur umumnya disebut model kesehatan holistic (Joesoet, 1990) yang menekankan pada keseimbangan (Helman,1990).
Model biomedis (Freud, 1991) memiliki 5 asumsi.
1.Terdapat perbedaan yang nyata antara tubuh dan jiwa sehingga penyakit diyakini berada pada suatu bagian tubuh tertentu.
2.Bahwa penyakit dapat direduksi pada gangguan fungsi tubuh, entah secara biokimia atau neurofisiologi.
3.Keyakinan bahwa setiap penyakit disebabkan oleh suatu agen khusus yang secara potensial dapat didefinisikan.
4.Melihat tubuh sebagai suatu mesin.
5.Konsep bahwa obyek yang perlu diatur dan dikontrol.
Asumsi ini merupakan kelanjutan dari asumsi bahwa tubuh adalah suatu mesin yang perlu mendapatkan pemeliharaan.
Model psikosometik menyatakan penyakit berkembang melalui saling terkait secara berkesinambungan antara factor fisik dan mental yang saling memperkait satu sama lain melalui jaringan yang kompleks.
Holisme dalam arti yang sempit melihat organisme manusiawi sebagao suatu system kehidupan yang semua kompenennya saling terkait dan saling tergantung. Sementara menurut arti luas pandangan holistis menyadari bahwa system tersebut merupakan suatu bagian integral dari system-sistem yang luas dimana organisme individu berinterksi terus menerus dengan lingkungan fisik dan sosialnya yaitu tetap terpengaruh oleh lingkungan.
Seseorang dikatakan sehat tidak cukup dilihat hanya dari segi fisik, psikologis dan sosial saja, tapi juga harus dilihat dari segi spiritual dan agama.
Inilah yang kemudian disebut Dadang Hawari sebagai dimensi sehat itu, yaitu : Bio-psiko-sosial-spiritual. Jadi seseorang yang sehat mentalnya tidak hanya sebatas pengertian terhindarnya dia dari gangguan dan penyakit jiwa baik neurosis maupun psikosis, melainkan patut pula dilihat sejauh mana seseorang itu mampu menyesuaikan diri dengan dirinya sendiri dan lingkungannya, mampu mengharmoniskan fungsi-fungsi jiwanya, sanggup mengatasi problem hidup termasuk kegelisahan dan konflik batin yang ada, serta sanggup mengaktualisasikan potensi dirinya untuk mencapai kebahagiaan.
Istilah kesehatan mental sendiri memperoleh pengertian yang beragam seiring perkembangannya :
1. Sebagai kondisi atau keadaan sebagaimana gambaran diatas.
2. Sebagai ilmu pengetahuan cabang dari ilmu psikologi yang bertujuan mengembangkan potensi manusia seoptimal mungkin dan menghindarkannya dari gangguan dan penyakit kejiwaan.
Seseorang dapat berusaha memelihara kesehatan mentalnya dengan menegakkan prinsip-prinsipnya dalam kehidupan, yaitu :
1. Mempunyai self image atau gambaran dan sikap terhadap diri sendiri yang positif.
2. Memiliki interaksi diri atau keseimbangan fungsi-fungsi jiwa dalam menghadapi problema hidup termasuk stress..
3. Mampu mengaktualisasikan secara optimal guna berproses mencapai kematangan.
4. Mampu bersoiallisasi dan menerima kehadiran orang lain
5. Menemukan minat dan kepuasan atas pekerjaan yang dilakukan
6. Memiliki falsafah atau agama yang dapat memberikan makna dan tujuan bagi hidupnya.
7. Mawas diri atau memiliki control terhadap segala kegiatan yang muncul
8. Memiliki perasaan benar dan sikap yang bertanggung jawab atas perbuatan-perbuatannya.
Manusia sebagai mahkluk yang memiliki banyak keterbatasan kerap kali mengalami perasaan yang takut, cemas, sedih, bimbang dan sebagainya. Dalam psikologi gangguan atau penyakit jiwa akrab di isitilahkan dengan psikopatologi. Ada dua macam psikopatologi :
1. Neurosis
2. Psikosis.
Sementara dari H. Tarmidzi membagi psikopatologi menjadi 6 macam, selain 2 yang sudah disebutkan diatas dia mengemukakan yang lainnya : Psikomatik, kelainan kepribadian, deviasi seksual, dan retardasi mental.
Neurosis adalah gangguan jiwa yang penderitanya masih menyadari atas kondisi dirinya yang tengah terganggu. Sedangkan psikosis adalah penyakit jiwa yang parah , yang ditingkatkan ini penderita tidak lagi sadar akan dirinya.
Dengan demikian penyakit adalah suatu yang dimiliki organ, sedangkan penyakit illness adalah suatu yang dimiliki manusia yaitu respon subjektif pasien dan segala suatu yang meliputinya.
Menurut Cassell, Kleininan’s (Freund, 1991) mendefinisikan disease mengacu peda kondisi biofisik – masalah seperti yang dilihat dari perspektif praktisi biomedis. Sebaliknya illness mengacu pada bagaimana orang yang sakit dan anggota keluarganya atau jaringan social yang lebih luas merasakannya, dan bereaksi terhadap simtom-simtom dan ketidakmampuannya.
Kategori atau Penggolongan Kesehatan Mental
1.Gangguan Somatofarm
Gejalanya bersifat fisik, tetapi tidak terdapat dasar organic dan factor-faktor psikologis.
2.Gangguan Disosiatif
Perubahan sementara fungsi-fungsi kesadaran, ingatan, atau identitas yang disebabkan oleh masalah emosional.
3.Gangguan Psikoseksual
Termasuk masalah identitas seksual (impotent, ejakulasi, pramatang, frigiditas) dan tujuan seksual.
4.Kondisi yang tidak dicantumkan sebagai gangguan jiwa.
Mencakup banyak masalah yang dihadapi orang-orang yang membutuhkan pertolongan seperti perkawinan, kesulitan orang tua, perlakuan kejam pada anak.
5.Gangguan kepribadian
Pola prilaku maladaptik yang sudah menahun yang merupakan cara-cara yang tidak dewasa dan tidak tepat dalam mengatasi stres atau pemecahan masalah.
6.Gangguan yang terlihat sejak bayi, masa kanak-kanak atau remaja.
Meliputi keterbelakangan mental, hiperaktif, emosi pada kanak-kanak, gangguan dalam hal makan.
7.Gangguan jiwa organik
Terdapat gejala psikologis langsung terkait dengan luka pada otak atau keabnormalan lingkungan biokimianya sebagai akibat dari usia tua dan lain-lain.
8.Gangguan penggunaan zat-zat
Penggunaan alkohol berlebihan, obat bius, anfetamin, kokain, dan obat-obatan yang mengubah prilaku.
9.Gangguan Skisofrenik
Serangkaian gangguan yang dilandasi dengan hilangnya kontak dengan realitas, sehingga pikiran, persepsi, dan prilaku kacau dan aneh.
10.Gangguan Paranoid
Gangguan yang ditandai dengan kecurigaan dan sifat permusuhan yang berlebihan disertai perasaan yang dikejar-kejar.
11.Gangguan Afektif
Gangguan suasana hati (mood) yang normal, penderita mungkin mengalami depresi yang berat, gembira yang abnormal, atau berganti antara saat gembira dan depresi.
12.Gangguan Kecemasan
Gangguan dimana rasa cemas merupakan gejala utama atau rasa cemas dialami bila individu tidak menghindari situasi-situasi tertentu yang ditakuti.
CONTOH-CONTOH PERILAKU MENYIMPANG
1.Kleptomania (mencuri terpaksa)
Dalam hal ini orang terpaksa mencuri barang orang lain. Sebenarnya ia merasa gelisah dengan perlakuan mencuri itu, akan tetapi ia tidak dapat menghindarkan dirinya dari tindakan itu, walaupun barang-barang tersebut tidak dibutuhkannya.
Yang banyak menderita gejala ini adalah anak-anak karena orangtuanya terlalu keras, disiplin atau kurang memperhatikan.
Contohnya: seorang anak yang memiliki cukup uang mencoba mencuri disebuah toko, anehnya barang-barang yang dicuri tersebut tidak digunakan akan tetapi dibagi-bagikan kepada temannya dan tidak jarang barang-barang tersebut disimpan sebagai koleksi.
2.Fetishism
Pada gejala ini orang terpaksa mengumpulkan dan menyimpan barang-barang kepunyaan orang lain dari seks yang berlainan. Misalnya seorang laki-laki yang suka menyimpan saputangan, sepatu atau rambut wanita yang baginya mempunyai arti atau nilai seksuil dalam perasaannya.
3.Compusife (yang berhubungan dengan seksuil)
Gejala ini ada 2 macam yaitu:
 Ingin tahu tentang kelamin dari orang berlainan seks
 Ingin memamerkan kelamin sendiri
Dalam hal yang pertama seseorang akan berusaha untuk melihat atau memperhatikan bentuk tubuh dan kelamin orang lain dengan berbagai cara atau juga memegang-megangnya. Dalam hal ini yang kedua oaring merasa terdorong untuk memamerkan tubuh dan kelaminnya tanpa merasa malu.
Pada umumnya gejala tersebut diakibatkan oleh pengalaman yang tidak menyenangkan waktu kecil atau mungkin pula sebagai ungkapan dari keinginan yang tertekan yang pelaksanaannya dan merasa takut kalau keinginannya itu terasa kembali.