Sehat atau tidaknya seseorang secara mental belakangan ini lebih ditentukan oleh kemampuan penyesuaian diri terhadap lingkungan. Orang yang memiliki kemampuan menyesuaikan diri dengan lingkungannya dapat digolongkan sehat mental. Sebaliknya orang yang tidak dapat menyesuaikan diri digolongkan sebagai tidak sehat mental.
            Dengan  menggunakan orientasi penyesuaian diri, pengertian sehat mental tidak  dapat dilepaskan dari konteks lingkungan tempat individu hidup. Oleh  karena kaitannya dengan standar norma lingkungan terutama norma sosial  dan budaya, kita tidak dapat menentukan sehat atau tidaknya mental  seseorang dari kondisi kejiwaannya semata. Ukuran sehat mental  didasarkan juga pada hubungan antara individu dengan lingkungannya.  Seseorang yang dalam masyarakat tertentu digolongkan tidak sehat atau  sakit mental bisa jadi dianggap sangat sehat mental dalam masyarakat  lain. Artinya batasan sehat atau sakit mental bukan sesuatu yang  absolut.
Berdasarkan  orientasi penyesuaian diri, kesehatan mental memiliki pengertian  kemampuan seseorang untuk dapat menyesuaikan diri sesuai tuntutan  kenyataan di sekitarnya. Tuntutan kenyataan yang dimaksud di sini lebih  banyak merujuk pada tuntutan yang berasal dari masyarakat yang secara  konkret mewujud dalam tuntutan orang-orang yang ada di sekitarnya. M.  Jahoda, seorang pelopor gerakan kesehatan mental, memberi definisi  kesehatan mental yang rinci. Dalam definisinya, “kesehatan mental adalah  kondisi seseorang yang berkaitan dengan penyesuaian diri yang aktif  dalam menghadapi dan mengatasi masalah dengan mempertahankan stabilitas  diri, juga ketika berhadapan dengan kondisi baru, serta memiliki  penilaian nyata baik tentang kehidupan maupun keadaan diri sendiri.”
  Penentu penyesuaian dalam kaitannya dengan dinamika perilaku 
 
Teori Fisiologis 
Berdasarkan orientasi penyesuaian diri, kesehatan mental memiliki pengertian kemampuan seseorang untuk dapat menyesuaikan diri sesuai tuntutan kenyataan di sekitarnya. Tuntutan kenyataan yang dimaksud di sini lebih banyak merujuk pada tuntutan yang berasal dari masyarakat yang secara konkret mewujud dalam tuntutan orang-orang yang ada di sekitarnya. 
Motivasi  manusia bagian dari determinan psikologis, karena kebutuhan manusia dan  motivasi memiliki banyak kaitannya dengan program penyesuaian. Hal yang  lebih penting adalah kebutuhan dan faktor-faktor motivasi-dinamis yang  mendasari perilaku memiliki hubungan istimewa untuk penyesuaian dan  kesehatan mental. Hubungan ini lebih akrab dan lebih mendasar dari  sebagian besar dari yang sudah dijelaskan, karena tujuan penting dan isi  dari perilaku remedial ditentukan oleh kebutuhan dan motivasi. Tujuan  utama adalah tanggapan korektif, sebuah sudut pandang, untuk membangun  hubungan yang memadai antara tubuh dan kenyataan, dan titik lain yang  lebih fundamental, tujuannya adalah ekspresi dan pemuasan faktor dinamis  dalam personal yang mengurangi ketegangan, frustrasi dan konflik yang  menimbulkan faktor-faktor ini. Dalam mencapai tujuan ini, isi dan respon  perilaku biasanya ditentukan oleh sifat motivasi dan kualitas situasi.
 
 
·           Perilaku penyesuaian dan kebutuhan dasar
Apakah  semua perilaku penyesuaian berorientasi pada pengurangan kebutuhan  dasar dan motivasi? Pertama, kategori besar dari reaksi, psikologis dan  neuromuskuler dalam kepribadian,diistilahkan "adaptive" lebih tepat daripada istilah "adjustive". Dalam  kategori ini termasuk fungsi peredaran darah, pencernaan, pernapasan  dan pembuangan Hal ini memiliki hubungan motivasi intrinsik. Kedua, ada  respon yang muncul dan difokuskan pada penurunan atau pemenuhan  kebutuhan dasar, termasuk dorongan psikologis seperti lapar dan seks dan  sifat-sifat psikologis atau sosial dalam diri, seperti keamanan dan  pengakuan. Tanggapan ini muncul untuk beradaptasi lebih baik dengan  konsep penyesuaian seperti yang digunakan dan diinterpretasikan dalam  pemikiran psikologis. Kebutuhan merupakan persyaratan internal dan  penyesuaian diinterpretasikan secara konsisten untuk merespon tuntutan  bahwa organisme harus menghadapi kehidupan sehari-hari.
Namun  ada persyaratan lain dari sumber eksternal, organisme diharapkan dapat  memecahkan oleh organisasi perilaku yang baik, korektif. Seperti,  kehidupan keluarga, perkawinan, pekerjaan, kehidupan sosial, kehidupan  militer dan pendidikan yang harus dipenuhi secara memadai dan efektif,  wajar untuk mengatakan bahwa organisme melakukan penyesuaian. Dalam  kasus ini, perilaku merupakan kebiasaan alami yang muncul secara  sukarela, bukan inisiatif. Jadi semua respon dikendalikan untuk memenuhi  kebutuhan internal atau eksternal.
TEORI MOTIVASI
Interpretasi  dari karakter dan tujuan respon manusia dan hubungannya dengan  penyesuaian tergantung kedudukannya dengan sifat motivasi. Misalnya,  semua motivasi terutama seksual atau unconscious,  tetap menjadi point utama, maka semua perilaku, normal atau abnormal,  harus dianggap sebagai upaya kolektif untuk mengurangi ketegangan,  konflik dan frustrasi yang ditimbulkan oleh motivasi.
Tujuan  utama perilaku yaitu untuk menyeimbangkan kekuatan antara organisme  dengan lingkungan atau realitas, dengan kata lain, semua perilaku adalah  penyesuaian. Tapi, kita perlu sedikit mempertimbangkan kerumitan dari  teori motivasi manusia. 
Teori Stimulus-Respon
Menurut hipotesis ini, semua perilaku ditentukan oleh rangsangan; kebutuhan, impuls, keinginan, motif, dan sebagainya, yang bahkan tidak ada. Semua perilaku dianggap refleksif atau hasil dari pengkondisian, sehingga perilaku refleks dan kebiasaan merupakan kategori respon manusia sepenuhnya.
Teori Fisiologis
Hipotesis  fisiologis motivasi manusia, berhubungan erat dengan sudut pandang  stimulus-respon, tidak banyak perbaikan. Penurunan dari semua motivasi  fisiologis, ketegangan, atau ketidakseimbangan disebabkan kesalahan mengenai penyederhanaan sebagai gagasan bahwa semua tanggapan ditentukan oleh rangsangan. Kebutuhan fisiologis,  keinginan, motif, dan tujuan, yang semuanya sangat signifikan terhadap  penyesuaian, harus diintegrasikan ke dalam setiap teori motivasi, dan  hipotesis fisiologis ini tidak dapat dilakukan, karena alasan sederhana, bahwa ia tidak memberikan peluang bagi mereka. Jadi, menurut Symonds, "semua perilaku muncul dari penurunan kebutuhan organik, apakah gizi berkurang dalam tubuh, kebutuhan mengekskresikan produk limbah, rangsangan kimiawi atau alat kelenjar dalam darah dan jaringan, atau melindungi organisme dari cedera. Untuk memahami keunikan dan seluk-beluk penyesuaian diri dan kesehatan mental, kita harus memahami selain kebutuhan  fisiologis organisme. Signifikansi yang jauh lebih besar adalah  kebutuhan psikologis dan sosial, keinginan dan emosi, kompleks dan  mekanisme, motif dan sikap yang mendasari tanggapan manusia.  Faktor-faktor ini bukan dari fisiologis merupakan dinamika perilaku penyesuaian yang nyata.
Kesimpulan
Berdasarkan orientasi penyesuaian diri, kesehatan mental memiliki pengertian kemampuan seseorang untuk dapat menyesuaikan diri sesuai tuntutan kenyataan di sekitarnya. Tuntutan kenyataan yang dimaksud di sini lebih banyak merujuk pada tuntutan yang berasal dari masyarakat yang secara konkret mewujud dalam tuntutan orang-orang yang ada di sekitarnya.
Ada  beberapa teori motivasi yang mendukung penyesuaian seperti teori teori  stimulus respon, fisologis, naluri, motivasi sadar, dan hedonistic, 
Selain  itu, kebutuhan psikologis manusia terdiri dari kebutuhan untuk  disayangi dan dimiliki, keamanan dan status, perhatian, kebebasan,  prestasi dan pengalaman. Kebutuhan sosial dan penyesuaian emosional pun  saling singkron. 
Kebutuhan Sosial dan Penyesuaian membutuhkan partisipasi, pengakuan, persetujuan sosial, dan kesesuaian. Disamping kebutuhan,  nilai juga sebagai penentu persepsi. Dan kebutuhan rohani sangat berhubungan erat dengan dengan kebutuhan psikologis 
