Rational-Emotif Therapy dikenalkan pada tahun 1955 oleh
Albert Ellis. Yang lahir pada tanggal 27 September 1913. Rational-Emotif
Therapy dibangun berdasarkan ketidak puasan Albert Ellis terhadap teori
psikoanalisa serta berdasarkan atas pemahamannya tentang teori Behavioral.
Terapi rasional-emotif menurut Ellis mendasarkan pada konsep bahwa berpikir dan
berperasaan saling berkaitan, namun dalam pendekatannya lebih menitik beratkan
pada pikiran daripada ekspresi emosi seseorang.
Pendekatan psikoteri rasional-emotif menganggap bahwa
manusia pada hakekatnya adalah korban dari pola pikirnya sendiri yang tidak
rasional dan tidak benar. Karena itu Ellis berkomentar bahwa pendekatan
humanistic terlalu lunak dan mengakibatkan persoalan pada diri sendiri karena
berpikir tidak rasional. Karena itu terapis dengan pendekatan ini berusaha
memperbaiki melalui pola berpikirnya dan menghilangkan pola berpikir yang tidak
rasional. Terapi dilihatnya sebagai usaha mendidik kembali (reeducation), jadi
terapis bertindak sebagai pendidik, dengan antara lain memberikan tugas yang
harus dilakukan pasien serta mengajarkan strategi tertentu untuk memperkuat
proses berpikirnya. Proses ini dilakukan dengan pendekatan langsung (directive)
dan atau pendekatan elektik.
Tujuan terapi ini untuk menghilangkan cara berpikir yang
tidak logis, yang tidak rasional dan menggantinya dengan sesuatu yang logis dan
rasional.
3 langkah dalam terapi rasional-emotif
1.
Terapis menunjukkan bahwa cara berpikir pasien
tidak logis, kemudian membantunya memahami bagaimana dan mengapa pasien sampai
pada cara berpikir seperti itu, menunjukkan pula hubungan antara pikiran tidak
logis dengan perasaan tidak bahagia atau dengan gangguan emosi yang dialaminya.
Pasien baru belajar membedakan antara keyakinan yang rasional dengan yang tidak
rasional.
2.
Menunjukkan pada pasien, bahwa pasien
mempertahankan perilakunya yang terganggu karena pasien meneruskan cara
berpikirnya yang tidak logis. Cara berpikir ini lah yang menyebabkan masih
adanya gangguan sebagaimana yang dirasakan dan bukan dari kejadian atau
pengalaman yang baru.
3.
Langkah ini bertujuan mengubah cara berpikir
pasien dengan membuang cara berpikir yang tidak logis. Terapis menggunakan
teknik langsung dan teknik mendorong untuk membantu klien membuang pikiran yang
logis, yang rasiona. Dalam halini
dibutuhkan peran aktif dari terapis.
Secara singkat terapi ini
menggunakan pendekatan langsung untuk “menyerang” dan menghilangkan
pikiran-pikiran yang tidak rasional dan menggantinya dengan pikiran yang
rasional dan logis.
Pendekatan dengan terapi
rasional-emotif ini menurut Ellis, dapat digunakan untuk menghadapi
masalah-masalah klinis seperti: depresi, ansietas, gangguan karakterologis,
sikap melawan, masalah seks, percintaan, perkawinan, pengasuhan, masalah
perilaku anak dan remaja. Selain untuk masalah-masalah klinis tetapi terapi ini
dapat juga digunakan unutk menyelesaikan masalah hukum, olahraga, organisasi,
dan dunia bisnis.
Sumber :
Gunarsa, Prof. Dr. Singgih D.
1996. Konseling dan Terapi. Jakarta:
PT BPK Gunung Mulia
Tidak ada komentar:
Posting Komentar